SOLOPOS.COM - Kolom asap erupsi Merapi, Minggu (21/6/2020). (Twitter @BPPTKG)

Solopos.com, SLEMAN -- Aktivitas kegempaan Gunung Merapi dalam sepekan terakhir tercatat lebih tinggi dibandingkan pekan lalu. Kondisi ini menguatkan prediksi erupsi gunung yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan DIY itu semakin dekat.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, menjelaskan aktivitas kegempaan Gunung Mereapi dalam kurun 23-29 Oktober 2020.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selama kurun waktu itu, tercatat 81 kali gempa vulkanik dangkal dan 864 kali gempa multifase. Selain itu, 10 kali gempa low frekuensi, 376 kali gempa guguran, 286 kali gempa hembusan, dan tujuh kali gempa tektonik.

Hendak ke Jogja, Perempuan Asal Kota Madiun Malah Positif Covid-19

“Intensitas kegempaan pada minggu [pekan] ini lebih tinggi dibanding minggu lalu,” kata dia kepada Harian Jogja, Jumat (30/10/2020).

Sebagai perbandingan, pada Kamis (22/10/2020) BPPTKG mencatat kegempaan Gunung Merapi selama sepekan antara lain 167 kali gempa hembusan, 63 kali gempa vulkanik dangkal, dan 433 kali gempa multifase.

Selanjutnya, terjadi 23 kali gempa low frekuensi, 170 kali gempa guguran, dan 16 kali gempa tektonik. Jumlah ini juga lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya lagi.

Wow Keren! Begini Penampakan Taman Bunga Amarilis di Gunungkidul yang Dulu Viral

Kawah Gunung Merapi

Meski aktivitas kegempaan meningkat, secara visual morfologi area kawah Gunung Merapi berdasarkan foto dari sektor tenggara pada Jumat tidak menunjukkan perubahan terhadap kondisi pada Kamis (22/10/2020).

Adapun volume kubah lava Gunung Merapi pada Kamis (29/10/2020) yakni sebesar 200.000 meter kubik. “Tidak teramati adanya material magma baru,” ungkap dia.

Sementara itu, deformasi Gunung Merapi yang dipantau dari EDM pada pekan ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 4 cm per hari. Meski terjadi hujan, tidak dilaporkan munculnya lahar atau penambahan aliran di sejumlah sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Muncul Lagi Klaster Perkantoran Di Karanganyar, 11 Orang Positif Covid-19

Berdasarkan amatan tersebut, disimpulkan aktivitas, termasuk kegempaan di Gunung Merapi, masih cukup tinggi sehingga statusnya ditetapkan dalam tingkat Waspada. “Terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik menunjukkan proses pergerakan magma menuju permukaan,” katanya.

Adapun potensi bahaya saat ini adalah berupa guguran lava dan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif. Dengan tingkat aktivitas kegempaan Gunung Merapi ini, radius 3 km dari puncak Gunung Merapi harus dikosongkan dari segala aktivitas masyarakat.

“Masyarakat di sekitar Gunung Merapi agar meningkatkan kewaspadaan. Guguran lava dan letusan eksplosif berpotensi menimbulkan hujan abu sehingga masyarakat diimbau mengantisipasi gangguan hujan abu ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya