SOLOPOS.COM - Pendaki Gunung Merapi mengemasi barang dan perbekalan di Posko SAR Barameru, Desa Lencoh, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (20/4/2014). Ratusan pendaki panik saat Gunung Merapi 'batuk' Minggu pagi. (JIBI/Solopos/Istimewa)

Solopos.com, JOGJA – Gunung Merapi kembali menunjukkan geliat aktivitasnya. Minggu (20/4/2014) sekitar pukul 04.26 WIB, gunung tersebut mengeluarkan asap. Meski hanya sebentar, namun perubahan aktivitas itu membuat sejumlah daerah diguyur hujan abu, tak terkecuali di Kota Jogja.

“Masyarakat tak perlu khawatir karena setelah itu aktivitas Merapi kembali normal. Tapi ini tidak menurunkan kewaspadaan kami untuk terus mengamati gunung tersebut,” kata Kepala Seksi Gunung Merapi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Sri Sumarti saat ditemui di ruang kerjanya, Minggu (20/4/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia menjelaskan, sebelum adanya hembusan asap itu, aktivitas Merapi diawali dengan gempa yang terjadi pada pukul 04.21 WIB. Tak lama berselang terdengar suara gemuruh yang terdengar dalam radius 8 km dari puncak gunung. “Gempa sendiri hanya terjadi sekali, setelah itu kami belum mencatat ada gempa susulan,” ungkapnya.

Aktivitas Gunung Merapi tersebut berakibat terjadinya hujan abu vulkanik di sejumlah wilayah. Sebaran abu vulkanik cukup luas yakni dari Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi, hingga Sleman. Berdasarkan keterangan BPPTKG, hujan abu vulkanik mengarah ke Tenggara, Selatan dan Barat Daya dengan jarak maksimum 15 km.

Ekspedisi Mudik 2024

“Berhubung cuaca berkabut, kami tidak bisa mengamati detail ketinggian hembusan asap. Yang jelas sampai pukul 07.15 hembusanya mencapai radius 15 kilometer,” sebut dia.

Disinggung apakah peningkatan aktivitas itu berkaitan dengan gempa Gunungkidul pada Jumat (18/4/2014) pukul 20.33 WIB lalu. Dia belum berani menyimpulkan hal itu, alasanya, memang terkadang adanya kegempaan tektonik berpengaruh terhadap aktivitas Merapi. Namun, terkadang juga tidak berpengaruh terhadap gunung tersebut.

“Kami belum bisa menyimpulkan karena harus melalui penilitian lebih lanjut. Memang erupsi di 2006 lalu salah satunya merupakan dampak dari gempa Jogja, namun untuk membuktikan apakah Gempa Gunungkidul memberikan dampak, kami harus menelitinya terlebih dahulu,” paparnya.

Dia mengimbau, agar masyarakat tidak perlu khawatir karena, pascamengeluarkan asap yang disertai hujan abu, kondisi Merapi berangsur-angsur normal. Meski demikian, ia berpesan agar masyarakat, terutama di lereng Merapi agar tetap waspada supaya saat terjadi penigkatan aktivitas masyarakat sudah mengantisipasinya.

“Kami akan terus mengamati selama 24 jam non stop. Ya saat ini, situasinya kembali normal dan tak perlu ada yang dikhawatirkan,” katanya.

Kepala BPPTKG Yogyakarta Subandrio menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir terkait terjadinya letusan kecil itu. Namun, masyarakat diminta tetap waspada apabila suatu saat terjadi peningkatan aktivitas dari salah satu gunung teraktif di dunia itu.

“Kami rasa sudah bisa memahami geliat dari Merapi. Setelah pelepasan beban tersebut, pasti situasinya akan kembali normal. Jadi buat apa kami simpulkan tidak ada peningkatan aktivitas,” katanya.

Dia menambahkan, meski intensitas aktivitas yang mulai rapat jaraknya, namun tidak merubah status gunung tersebut dari keadaan normal. Malahan, berdasarkan analisa dari BPPTKG bahwa dalam waktu dekat ini Merapi tidak akan melakukan aktivitas magmatis. “Kami juga telah menganalisa jarak aktivitas yang makin dekat ternyata masih dalam keadaan kewajaran,” ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya