SOLOPOS.COM - Aktivis perempuan Kota Madiun, Titik Sugianti (JIBI/Solopos/Aries Susanto)

Aktivis perempuan Madiun yang satu ini lahir bukan dari pegiat LSM, melainkan seorang dokter hewan.

Madiunpos.com, KOTA MADIUN – Garis hidup manusia memang sebuah misteri. Titik Sugianti salah satunya. Sejak kecil, Titik yang dicita-citakan orang tuanya menjadi seorang dokter hewan, justru sama sekali tak pernah mengobati binatang. Ibu satu anak ini malah “terjebak” di aktivitas perempuan, sebuah profesi yang sama sekali asing dari latar belakang pendidikannya selama ini.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ya, Titik resmi membaptiskan diri secara total di problematika perempuan sejak 2006 silam. Sebelumnya, dia adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan ekspor furniture ternama di Kota Surabaya. Selama 13 tahun lamanya, Titik yang kala itu sudah menduduki jabatan penting, mendadak mengambil keputusan mengejutkan. Resign!

“Saya memutuskan untuk keluar dari perusahaan yang sebenarnya memberi saya gaji cukup banyak. Gaji suami saya yang bekerja di bank saat itu tak ada sepertiganya,” kisah Titik saat berbincang dengan Madiun Pos, di Yayasan Bambu Nusantara Kota Madiun, Jumat (15/4/2015).

Keputusan ibu kelahiran 1965 ini sudah bulat. Tak ada yang mendorongnya keluar dari perusahaannya itu, selain ingin menjadi perempuan mandiri. Banyak kalangan, tak terkecuali bosnya yang menyanyangkan keputusannya kala itu.

“Saya itu sejak lama sudah pasang target ingin mandiri, bekerja sendiri tanpa merasa ada yang menyuruh-nyuruh,” ujarnya.

Jalan hidup Titik kembali dimulai di sini. Bayangan menjadi dokter hewan, seperti yang dicita-citakan orang tuanya, ia kubur dalam-dalam. Ia berdalih, dokter hewan bukanlah passion-nya. “Saat itu saya kuliah di dokter hewan karena ingin menyenangkan orang tua,” kenangnya.

Ia pun memulai usaha jasa mandiri di rumahnya berupa jasa kontruksi, percetakan, serta mesin foto kopi. Berbekal jaringan yang ia rawat baik selama ini, usahanya itu pun berjalan sehat hingga kini.”Sekarang bukan saya langsung yang mengurusi, sudah ada karyawan,” paparnya.

Setahun berikutnya, jalan hidup Titik sebagai aktivis perempuan mulai terbuka. Ia ditawari rekannya untuk melatih wirausaha kaum perempuan pekerja seks komersial (PSK) di Surabaya. Dari situ, ia lantas dipercaya memegang sejumlah program pemberdayaan kaum perempuan. “Tahun 2005 saya resmi dipercaya memegang Bambu Nusantara sampai sekarang. Saya benar-benar menemukan passion saya,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya