SOLOPOS.COM - Sejumlah kerabat, keluarga dan korban bom Bali 2002 meletakkan bunga di kolam pada peringatan 10 tahun tragedi bom Bali di Taman Garuda Wisnu Kencana, Jimbaran, Bali, Jumat (12/10/2012). Ledakan bom di Legian, Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002 menewaskan 202 orang, 88 diantaranya warga Australia, 38 warga Indonesia dan sisanya dari berbagai negara. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Sejumlah kerabat, keluarga dan korban bom Bali 2002 meletakkan bunga di kolam pada peringatan 10 tahun tragedi bom Bali di Taman Garuda Wisnu Kencana, Jimbaran, Bali, Jumat (12/10/2012). Ledakan bom di Legian, Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002 menewaskan 202 orang, 88 diantaranya warga Australia, 38 warga Indonesia dan sisanya dari berbagai negara. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

SOLO – Sejumlah mantan aktivis di Ambon, Poso dan Moro, Filipina, yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Jawa Tengah, menegaskan bahwa mereka tidak akan berhenti.Mereka juga akan siap ke mana pun ada ladang jihad, termasuk di Solo sekali pun.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Hal ini ditegaskan oleh sejumlah aktivis itu saat bertemu di Masjid Wustho, Ketelan, Solo, Jumat (12/10/2012) siang. Kepada wartawan, salah satu mantan aktivis di Ambon dan Poso tahun 2000, Yuli Sya’ban, 32, menyatakan bahwa dalam jihad tidak akan pernah ada rasa penyesalan. “Karena itu selama masih dibutuhkan upaya amar makruf nahi mungkar di mana saja, kami akan selalu siap terjun,” tegas warga Gondangrejo, Karanganyar ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Yuli juga menyatakan, pertemuan Forum yang saat ini kebetulan berlangsung bersamaan dengan peringatan Bom Bali I sama sekali tidak dimaksudkan untuk memperingati hal itu. “Kami tidak mengenal peringatan-peringatan seperti itu. Pertemuan ini sebenarnya rutin tiap dua pekan, dan kebetulan kali ini bersamaan dengan peringatan Bom Bali I. Jadi itu kebetulan saja,” tegasnya.

Sementara Ketua Forum Silaturahmi, Joko Tri Harmanto, 34, yang kebetulan mantan narapidana kasus Bom Bali I karena terlibat menyembunyikan Noordin M Top, menegaskan pula bahwa serangan Bom Bali bukan soal salah atau benar. “Ini semua terkait keyakinan,” ujar warga Manang, Grogol, Sukoharjo, yang dulu ditahan di LP Cipinang tahun 2004-2008 itu. Dia pun menyatakan sama sekali tidak ada penyesalan karena terlibat dalam apa yang disebutnya sebagai perjuangan itu.

Joko juga mengakui dia dulu mengenal Noordin saat masih dalam tahap perencanaan serangan Bom Bali I. Dia pun pernah menyembunyikan Noordin di rumahnya di kawasan penumping Solo. Dia juga membenarkan bahwa Noordin memang tewas dalam penyergapan oleh Densus 88 Mabes Polri di Mojosongo, Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya