SOLOPOS.COM - Logo Facebook (JIBI/Dok)

Solopos.com, KLATEN—Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah Klaten meminta kasus pencemaran nama baik salah satu dosen yang menyeret dua aktivis perguruan tinggi (PT) setempat diselesaikan secara damai. Mereka menilai kritikan kepada Stikes adalah hal yang wajar sebagai bentuk kepedulian mahasiswa terhadap kampus. (Baca Juga: Ngoceh di Facebook, Aktivis IM Jadi Tersangka, Ini Saksi Yang Diberikan, UU ITE Dinilai Tidak Tepat, IMM Jateng Lakukan Pendampingan)

Wakil Presiden BEM Stikes Muhammadiyah Klaten, Pramusti Arnan Yunanto, mengatakan mahasiswa dan petinggi kampus setempat sudah beberapa kali menggelar audiensi. Bahkan, kasus pencemaran nama baik yang menyeret dua aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Dimas dan Fajar Purnomo tersebut sudah menyepakati kesepakatan damai dengan pihak kampus beberapa bulan lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kesepakatan damai itu tertuang dalam surat pernyataan bermaterai yang ditandatangani kedua mahasiswa, ketua Stikes Muhammadiyah Klaten dan Bagian Kemahasiswaan. Namun, pihaknya dibuat heran kenapa kasus tersebut bisa kembali mencuat ke ranah hukum.

Terakhir, Ketua Komisariat IMM, Dimas dan mantan Presiden Mahasiswa 2011/2012 PT setempat, Fajar Purnomo, ditetapkan tersangka oleh Polres Klaten. “Kami ingin agar kasus ini diselesaikan secara damai,” kata Arnan didampingi Dimas dan Fajar kepada wartawan di Klaten, Jumat (30/5/2014).

Bantah Telah Didampingi

Selain itu, Arnan juga mempertanyakan sikap dari DPD IMM Jawa Tengah (Jateng). Pasalnya, beberapa hari lalu DPD IMM menyatakan telah melakukan pendampingan terhadap Dimas dan Fajar. “Kenyataannya, sampai saat ini DPD IMM belum mendampingi kami dalam kasus ini,” imbuhnya.

Arnan menagih janji DPD IMM Jateng yang telah memberikan statemen pendampingan kepada dua kadernya tersebut. “Jangan sampai pernyataan tersebut malah menjadi bahan pencitraan bagi mereka,” katanya.

Sementara, Ketua Stikes Muhammadiyah Klaten, Sri Satiti, membantah pihak kampus selalu tertutup menangani masalah tersebut. “Kami bukannya menutup diri. Sebab, kami sudah sering menggelar audiensi kepada mahasiswa yang bersangkutan dalam menangani masalah tersebut,” terangnya saat dihubungi Espos, Jumat.

Lebih lanjut, pihaknya menginginkan agar kasus itu bisa diselesaikan secara damai. Pihaknya mengaku siap jika sewaktu-waktu diajak mahasiwa untuk menggelar audiensi kembali.  “Harapan kami sebenarnya bisa segera diselesaikan secara kekeluargaan. Sebab, selama ini kami juga sudah melakukan pendekatan secara informal,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya