SOLOPOS.COM - Kedua tersangka pelaku pengeboman saat lomba lari maraton Boston terlihat di antara kerumunan orang dalam foto yang diedarkan aparat keamanan AS. Keduanya kini diidentifikasi sebagai kakak beradik asal kawasan dekat Chechnya, Rusia, yang sudah tinggal setidaknya setahun di AS. Tersangka di kiri yang bertopi putih diidentifikasi sebagai Dzokhar Tsarnaev, 19, dan yang kanan Tamerlan Tsarnaev, 26. Dzokhar berhasil kabur sementara Tamerlan tewas akibat baku tembak dengan polisi. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Aksi terorisme berupa pengeboman terjadi dalam Boston Marathon 2013. Pengebom dijatuhi hukuman mati.

Solopos.com, BOSTON-Pelaku pengeboman dalam Boston Marathon 2013, Dzhokhar Tsarnaev, dihukum mati oleh juri Amerika Serikat pada Jumat (15/4/2015) karena membantu menyerang kerumunan orang di garis finis yang menyebabkan tiga orang tewas dan 264 lainnya luka-luka.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Setelah pembahasan selama 15 jam, juri federal memilih hukuman suntikan mematikan bagi Tsarnaev, 21, daripada pilihan hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan dibebaskan.

Juri yang sama bulan lalu menyatakan Tsarnaev bersalah karena menaruh bom panci pemasak cepat pada 15 April 2013 serta menembak seorang polisi hingga tewas.

Pengeboman itu merupakan salah satu serangan paling mematikan di tanah Amerika Serikat sejak serangan 11 September 2001.

Tsarnaev, yang mengenakan jaket olahraga gelap dan kaus, berdiri tenang saat vonis hukuman dibacakan, tanpa ekspresi seperti dalam sidang-sidang sebelumnya.

Selama 10 pekan kesaksian, para anggota juri telah mendengarkan keterangan dari 150 saksi mata, termasuk orang yang kakinya tercabik oleh bom berisi pecahan peluru.

William Richard, ayah korban pengeboman Martin Richard, menggambarkan bagaimana dia memutuskan untuk meninggalkan anak lelakinya yang berusia delapan tahun meninggal dunia karena terluka supaya bisa menyelamatkan nyawa putrinya, Jane, yang kehilangan kaki tapi bisa bertahan.

Para jaksa menggambarkan Tsarnaev, yang berasal dari etnis Chechnya, sebagai pengikut pandangan kelompok al Qaeda, yang melakukan serangan sebagai balasan atas kampanye militer Amerika Serikat di negara-negara mayoritas Muslim.

Keputusan juri itu tidak berarti bahwa Tsarnaev akan segera menghadapi kematian. Pengacara pembela tampaknya akan mengajukan banding terhadap keputusan hukuman itu, sebuah proses yang bisa berlangsung bertahun-tahun.

“Saya tahu bahwa jalannya masih panjang di depan,” kata penyintas Karen Brassard, yang kakinya terluka parah dalam serangan itu.

“Akan ada banyak, banyak waktu di depan. Tapi sekarang kami bisa ambil nafas, dan sebenarnya bernafas lagi,” katanya kepada para reporter.

Pengajuan banding bisa fokus pada sejumlah isu, termasuk penolakan pengadilan pada nota pembelaan untuk memindahkan persidangan ke luar Boston atau penolakan untuk menguji foto dan video grafis yang dilihat juri tentang peledakan bom dan luka fatal yang diakibatkan.

“Jaksa punya beban bukti untuk menunjukkan bahwa orang-orang meninggal dunia, tapi argumen bandingnya bahwa ada sebuah keseimbangan untuk menyerang dan mereka telah melewati batas itu,” kata David Weinstein, pengacara swasta yang sebelumnya bekerja sebagai jaksa federal dan negara yang menangani kasus hukuman mati.

Seperti dilansir kantor berita Reuters, Hukuman mati masih sangat kontroversial di Massachusetts, yang belum pernah menghukum mati orang dalam hampir 70 tahun dan menghapuskan hukuman mati dalam kasus kejahatan negara tahun 1984. Tsarnaev diadili di bawah hukum federal, yang mengizinkan suntikan mematikan sebagai hukuman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya