SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Warga Kampung/Kelurahan Sangkrah RT 002/RW 008, Pasar Kliwon, Solo, berkumpul di depan sebuah rumah warga berbelasungkawa atas kematian Mugi Widiyatni atau Nanik, Minggu (11/11/2012) pukul 10.00 WIB.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Perempuan berusia 63 tahun itu meninggal dunia satu jam sebelumnya. Bendera kertas berwarna merah pertanda duka terpasang di tepi jalan kampung. Alunan ayat-ayat suci Alquran dari sound system yang menggema semakin menekankan suasana duka.

Warga datang silih berganti ke rumah duka. Sebagian warga tampak mendirikan kajang atau atap dari anyaman daun kelapa. Suara obrolan sejumlah warga lelaki tentang latar belakang kematian Mbah Nanik lirih terdengar. Informasi yang diperoleh Solopos.com dari warga, Mugi meninggal dunia lantaran penyakit stroke yang dideritanya kambuh seusai mengetahui kondisi keponakannya, Bahtiar, 28, terluka parah di bagian kepala. Bahtiar merupakan korban penganiayaan oleh kelompok tak dikenal Minggu dini hari pukul 00.30 WIB.

Solopos.com pun mendekat ke warga yang tengah memperbincangkan kejadian yang menimpa Bahtiar dan Nanik, budenya itu. Widodo, 53, warga Sangkrah RT 001/RW 008, bersama beberapa warga lainnya kepada Espos mengungkapkan, aksi sweeping di sebuah jalan sebelah timur Sungai Jenes tak jauh dari rumah duka yang mengakibatkan Bahtiar terluka berdampak buruk bagi kesehatan Nanik.

Diceritakannya, Nanik yang saat itu baru beberapa hari pulang dari perawatan di rumah sakit mendengar kabar Bahtiar menjadi korban penganiayaan. Ia pun keluar rumah berusaha melihat kejadian sebenarnya di lokasi kejadian. Saat itulah Nanik mengetahui Bahtiar terluka cukup parah di bagian pelipis mata kanan. Nanik kaget bukan main saat melihat muka Bahtiar berlumuran darah.

“Sebenarnya kondisi Ibu Nanik sudah semakin baik setelah dirawat di rumah sakit. Tapi, setelah tahu Bahtiar menjadi korban sweeping kesehatannya langsung ngedrop. Penyakitnya kambuh lagi, hingga akhirnya meninggal dunia. Bahtiar itu sangat dekat dengan Ibu Nanik,” urai Widodo.

Warga lain, Rusmanto, mengatakan hal senada. Ia menyesalkan aksi sweeping yang telah mengakibatkan tiga dari lima warga Sangkrah terluka. Diakuinya, warga yang di-sweeping itu menggelar pesta minuman keras (miras). Tetapi, lanjutnya, bukan berarti membubarkan pesta miras dengan cara kekerasan dibenarkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya