SOLOPOS.COM - Adegan ketoprak yang dipentaskan pengusaha keturunan Tionghoa di Klaten yang tergabung dalam Perkumpulan Darma Bakti (PDB) Klaten di Aula SD Kristen 3 Klaten, Klaten Tengah, Klaten, Sabtu (10/3/2018) malam. (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Warga keturunan Tionghoa salah satunya Huang Hua mementaskan ketoprak di Klaten.

Solopos.com, KLATEN — “Jagal Warak, Jagal Warak, Jagal Warak!” seru Nyai Jagal Warak sembari berjalan mondar-mandir membawa segelas teh dan segelas air putih di kedua tangannya.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dia lantas mengoceh memakai bahasa Mandarin. “Bojoku ilang (Suamiku hilang)?” celotehnya lagi disusul riuh tawa penonton.

“Sst…sst…sst! Mah, kowe aja bengak-bengok nganggo basa China (Kamu jangan teriak-teriak pakai bahasa China). Penontone enggak ada yang mudeng [paham]. Aja nganggo basa China [Jangan pakai bahasa China],” sahut Jagal Warak, seraya keluar dari gubuknya.

Ekspedisi Mudik 2024

“Katanya hari ini orang China semua datang,” balas istrinya.

“Tak kandani ya [Kuberi tahu ya],” tutur Jagal Warak, “mereka itu yang China tinggal matanya. Matane sipit bener. Tapi mereka lahir di sini, sekolah di sini, besar di sini, makan di sini. Jiwanya sudah jiwa Indonesia. Wis aja nganggo basa cina, ora ana sing mudeng. Riuh tepuk tangan penonton kembali memenuhi aula SD Kristen 3 Klaten, Sabtu (10/3/2018) malam.

Cerita itu adalah potongan adegan ketoprak dengan lakon Rebut Kuwasa. Tokoh Nyai Jagal Warak diperankan oleh Huang Hua, mantan pebulu tangkis Tiongkok yang juga musuh bebuyutan pebulu tangkis Indonesia Susi Susanti.

Ia berduet dengan suaminya Tjandra Budi Darmawan yang memerankan Jagal Warak. “Oh gitu to. Kalau gitu ayo leren dulu [Kalau begitu ayo istirahat dulu],” istrinya mengajak Jagal Warak duduk di kursi. Pengucapan “leren” yang cedal oleh Huang Hua mengundang tawa penonton.

Tingkah polah Huang Hua dalam selama pementasan acap mengundang tawa penonton. Selain cedal dalam melafalkan kosakata bahasa jawa, ia terlihat seperti ada jeda ketika melakukan dialog dengan suaminya. Seperti dalam adegan ketika ia diizinkan pulang ke Tiongkok lantaran tak terima dengan perlakuan suaminya. Ia malah mengucapkan “Maturnuwun [terima kasih], dadah.”

Begitu pula pada adegan saat ia menyatakan menolak uang pemberian Jagal Warak. Suaminya menerima uang itu sebagai upah sebagai mata-mata Demung Cangak. Uang itu dinilai Nyai Jagal Warak sebagai uang haram karena didapat dengan menyogok. Namun kata “sogok” diplesetkan menjadi “gosok”.

Kula ora sudi dadi wong sugih nganggo cara ora bener [Saya tidak sudi jadi orang kaya dengan cara tak benar],” begitu kata Nyai Jagal Warak.

Huang Hua sangat senang bermain ketoprak untuk kali pertama. Ia merasa nyaman dengan tokoh yang diperankannya. “Ini [ketoprak] merupakan kesenian tradisional dan ini menjadi sesuatu yang berbeda karena pemainnya semuanya adalah keturunan Tionghoa,” ujar dia, seusai pentas, Sabtu malam.

Tak ada persiapan khusus yang lakukan untuk ketoprak. Semula, ia hanya mengantar suaminya berlatih ketoprak. Namun, teman-temannya justru mengajak dia ikut ambil peran. Tak hanya itu, untuk mendukung perannya, belajar bahasa Jawa ia lakukan bersama suaminya baik saat makan, di mobil atau kesempatan lainnya.

“Kalau di rumah bahasanya campur-campur. Suami saya juga bahasa mandarinnya bagus,” tutur ibu tiga anak itu didampingi suaminya. (baca: Puluhan Warga Keturunan Tionghoa bakal Main Ketoprak di Klaten)

Mementaskan ketoprak bagi warga keturunan Tionghoa merupakan hal baru. Perkumpulan Darma Bakti (PDB) menunjukkan kepada khlayak, orang Tionghoa tidak sekadar mau menonton ketoprak tetapi juga ikut mementaskannya.

“Harapannya bisa ditiru warga Tionghoa di kota lain. Kalau di Klaten sendiri dua tiga kali mungkin bosen. Tapi, semoga hal ini bisa menginspirasi ke kota lain,” harap Tjandra.

Ketoprak dengan lakon Rebut Kuwasa menceritakan pemberontakan Jayakatwang ke Singasari di bawah kekuasaan Kertanegara. Sebelumnya, Kertanegara membikin sakit hati Kasiar Tartar Kubilai Khan dengan mengiris kuping utusan Kubilai Khan, Meng Ci. Kubhilai Khan mengirim pasukan untuk menghukum Kertanegara. Namun, oleh Raden Wijaya, pasukan Tartar dihasut untuk menyerang pasukan Jayakatwang. Lalu, berdirilah Majapahit.

“Pesannya adalah perebutan kekuasan sudah terjadi sejak zaman dulu. Ini kan tahun politik jangan sampai terlalu paranoid dengan perebutan kekuasaan,” kata Pengawas PDB Klaten, Edy Sulistyanto.

Edy menuturkan melalui ketoprak, ia ingin menunjukkan pada masyarakat bahwa etnis Tionghoa tidak berbeda dengan masyarakat lain. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan banyak suku salah satunya Tionghoa. “Kami ingin menunjukkan bahwa kami juga cinta tanah air. Kami tidak asing dengan budaya Jawa. Yang beda hanya mata dan kulitnya saja,” tutur Edy.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya