SOLOPOS.COM - Warga terdampak limbah PT RUM membakar ban di depan pabrik di Nguter, Sukoharjo, Jumat (23/2/2018). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Apindo Sukoharjo khawatir dengan aksi anarkistis warga di pabrik PT RUM berdampak buruk bagi iklim investasi.

Solopos.com, SUKOHARJO — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sukoharjo khawatir aksi unjuk rasa warga berujung anarkistis di pabrik PT Rayon Utama Makmur (RUM), Kecamatan Nguter, Jumat (23/2/2018), berdampak negatif bagi iklim bisnis dan investasi Kabupaten Jamu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di sisi lain, Apindo meminta para pengusaha lebih peduli lingkungan dengan melakukan pengelolaan dan pengendalian limbah agar tak mencemari lingkungan hidup dan merugikan warga setempat.

Hal ini diungkapkan Ketua Apindo Sukoharjo, Yunus Arianto, saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (25/2/2018). Sebagaimana diinformasikan, massa merusak berbagai fasilitas milik PT RUM seperti pos satpam dan bangunan prasasti.

Aksi anarkistis ini buntut kegagalan PT RUM menangani masalah bau tak sedap yang mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat. “Saya khawatir kejadian itu [perusakan fasilitas PT RUM] berdampak negatif bagi iklim usaha di Sukoharjo. Saya menyayangkan aksi anarkistis massa yang berunjuk rasa itu,” kata dia, Minggu.

Pria yang akrab disapa Ari ini mengungkapkan jaminan keamanan yang kondusif merupakan faktor utama mewujukan iklim usaha guna menggeliatkan perekonomian daerah. Keamanan menjadi syarat mutlak untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Baca:

Menurut Ari, iklim usaha di Kabupaten Jamu selalu kondusif selama beberapa tahun terakhir. “Aksi anarkistis yang dilakukan massa menodai kondusivitas iklim usaha yang terjaga baik. Hal ini yang dikhawatirkan para pengusaha,” ujar dia.

Dunia usaha membutuhkan kepastian hukum di setiap daerah. Karena itu, Ari meminta aparat kepolisian bertindak tegas ihwal aksi anarkistis massa di pabrik PT RUM. Kejadian itu bisa membuat para investor yang telah menanamkan modalnya di Sukoharjo beralih ke daerah lain. Hal ini bisa merugikan pihak-pihak terkait termasuk Pemkab Sukoharjo dan masyarakat.

Sejatinya, lanjut Ari, penghentian produksi sementara yang dilakukan manajemen PT RUM mulai 24 Februari menjadi jalan tengah persoalan itu. “Apabila pabrik berhenti beroperasi otomatis tak ada lagi bau tak sedap yang berasal dari pabrik. Ini jalan tengah untuk manajemen PT RUM dan warga,” papar Ari.

Kendati demikian, Ari juga meminta para pengusaha memprioritaskan pengolahan limbah pabrik secara maksimal. Setiap pabrik harus memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) agar tak mencemari lingkungan hidup dan mengganggu aktivitas masyarakat.

“Jangan sampai ada yang mencemari lingkungan lantaran dunia usaha bertujuan memacu laju pertumbuhan ekonomi daerah.”

Hal senada diungkapkan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sukoharjo, Kadar Susanto. Kadar berharap peristiwa di PT RUM tak terulang lagi pada masa mendatang. Menurut Kadar, iklim bisnis bisa kondusif apabila ada sinergitas antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat. Terlebih, Nguter menjadi zona industri Kabupaten Jamu yang membutuhkan iklim usaha yang kondusif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya