SOLOPOS.COM - Situasi layanan kesehatan di RSUD Majenang Kabupaten Cilacap sebelum pandemi (Sumber: Liputan6.com)

Solopos.com, CILACAP — Akses Pelayanan Kesehatan menjadi salah satu indikator penentu tingkat kesehatan masyarakat di suatu daerah. Indikator ini bisa dikatakan krusial karena mudah tidaknya akses pelayanan kesehatan sangat menentukan kondisi masyarakat yang terserang penyakit dan pengendalian penularan jika penyakit itu adalah virus yang menular.

Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, pengumpulan data untuk melihat tingkat kualitas kesehatan pada masyarakat di masing-masing daerah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Caranya  dengan mengolah sampel dari 300.000 rumah tangga (Ruta) yang diambil dari 30.000 Blok Sensus (BS) tiap provinsi provinsi dengan menggunakan kerangka sampel Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Baca Juga : Pemerintah Dukung UMKM Banyumas dengan Dana Hibah

Sampel ini juga sudah melalui proses verifikasi hingga wawancara langsung dengan masyarakat di setiap BS terkait respons mereka dengan ketersediaan fasilitas kesehatan serta akses pelayanannya.

Untuk menilai indikator akses ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat diukur dengan menggunakan pertanyaan ditingkat rumah tangga, dianalisis dengan menggunakan metode Principle Component Analysis (PCA) yang dibangun dengan 3 dimensi, yaitu jenis alat  transportasi  yang digunakan ke fasilitas kesehatan, waktu tempuh pulang pergi dari rumah ke fasilitas kesehatan dan biaya yang dikeluarkan untuk transportasi pulang pergi ke fasilitas kesehatan.

Pada laporan Riskesdas 2018 ini ada tiga jenis akses pelayanan kesehatan yang dihitung, yaitu akses ke fasilitas rumah sakit, akses ke fasilitas Puskesmas dan akses ke fasilitas klinik/praktik mandiri. Dari analisis PCA diperoleh gambaran, untuk fasilitas rumah sakit 3 dimensi memberikan penjelasan skoring indeks sebesar 51,99 dengan kekuatan korelasi 0,19 jingga 0,40.

Baca Juga : Asyik! Ada Kereta Baru Layani Rute Purwokerto-Bandung

Untuk akses fasilitas puskesmas 3 dimensi memberikan penjelasan terhadap skoring indeks sebesar 39,29 dengan kekuatan korelasi antara 0,02 hingga  0,14. Untuk akses ke klinik/praktik mandiri 3 dimensi memberikan penjelasan 39,94  dengan kekuatan korelasi antara 0,03 hingga 0,18.

Sedangkan penilaian akses kesehatan tersebut dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu mudah, sulit dan sangat sulit. Untuk mengetahui skor masing-masing kategori di setiap daerah dapat dihitung menggunakan 3 rumus berikut:

Pengetahuan Kemudahan Menjangkau Rumah Sakit

Pengetahuan Ruta terhadap jenis transportasi dan waktu tempuh dan biaya transport ke Rumah Sakit dibagi dengan Jumlah Ruta yang mengetahui keberadaan Rumah Sakit.

Pengetahuan Kemudahan Menjangkau Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Kelilng (Pusling), Bidan Desa

Pengetahuan Ruta terhadap jenis transportasi dan waktu tempuh dan biaya transport ke puskesmas, pustu, pusling, bidan desa dibagi dengan Jumlah Ruta yang mengetahui keberadaan puskesmas, pustu, pusling, bidan.

Pengetahuan Kemudahan Menjangkau Klinik/Praktik Dokter

Pengetahuan Ruta terhadap jenis transportasi dan waktu tempuh dan biaya transport ke Klinik/Praktik Dokter dibagi dengan Jumlah Ruta yang mengetahui keberadaan Klinik/Praktik Dokter

Baca Juga : Pesona Perdesaan Swiss Seperti Apa yang Ada di Desa Ketenger?

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan 3 rumus diatas, terlihat bahwa Kabupaten Cilacap memiliki nilai tertinggi untuk kategori sangat sulit terkait akses pelayanan kesehatan  di Jawa Tengah. Untuk akses ke rumah sakit, nilai sangat sulitnya 39,71, untuk fasilitas puskesmas, pusling, pustu dan bidan desa nilai sangat sulitnya 29,37, sedangkan untuk fasilitas klinik nilai sangat sulitnya mencapai 44,33.

Mengutip Liputan6.com, Rabu (16/6/2021), sulitnya akses layanan kesehatan di Kabupaten Cilacap ini sangat dirasakan selama masa pandemi Covid-19. Kesulitan layanan kesehatan di Kabupaten Cilacap ini paling dirasakan oleh kelompok penyandang disabilitas

Kesulitan utamanya adalah keterlambatan mengenali gejala Covid-19 karena sulitnya komunikasi sehingga pendampingan dari keluarga atau kerabat dari pasien disabilitas ini sangat diperlukan. Selain itu berdasarkan jurnal Pusdatin yang ada di situs Kemkes.go.id menunjukan bahwa Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang berbasis aktual masih dirasa kurang akurat, lengkap dan tepat waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya