SOLOPOS.COM - Peta Indonesia. (Freepik)

Solopos.com, SOLO—Sebagai orang Indonesia tentu kita sudah akrab dengan istilah “indonesia” dan “nusantara”. Namun banyak orang yang belum paham mengenai arti dan sejarah istilah Indonesia dan Nusantara.

Nama Nusantara akhirnya terpilih sebagai calon nama ibu kota baru Indonesia di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Adapun salah satu alasan pemilihan nama Nusantara karena ia telah memiliki catatan sejarah panjang dan menjadi ikonik di dunia internasional.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dilansir dari Bisnis dari jurnal berjudul Hubungan Internasional Kuno Indonesia, asal-usul istilah Nusantara kali pertama tercatat dalam literatur Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16). Kala itu, nama tersebut digunakan untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dipakai Kerajaan Majapahit.

Baca Juga: PT PP Incar Proyek IKN Nusantara, Begini Alasannya

Ekspedisi Mudik 2024

Hal ini termuat dari naskah Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gadjah Mada saat ia diangkat menjadi Patih Amangkubumi Kerajaan Majapahit.  Isi naskah yang diucapkan pada 1336 adalah sebagai berikut:

“Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.”

Sementara itu, melansir dari jurnal Tinjauan Sejarah terhadap Penetapan Pulau-pulau di Indonesia, dalam Kitab Negarakertagama tercantum sebaran wilayah-wilayah Nusantara. Disebutkan, pada masa sekarang mencakup sebagian besar wilayah Indonesia saat ini ditambah wilayah Semenanjung Melayu.

Baca Juga: Populer di Nusantara, Ternyata Nasi Goreng Bukan Asli Indonesia Hlo

Secara morfologi, istilah ini adalah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuno, yaitu Nusa (pulau) dan Antara (lain atau seberang). Sekaligus menegaskan bahwa istilah Nusantara digunakan untuk menggambarkan pulau-pulau yang berada di luar pulau Jawa kala itu.

Setelah keruntuhan Majapahit, istilah Nusantara sempat tenggelam alias tidak digunakan lagi. Hingga 1920-an, istilah ini dimunculkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara. Ia menggunakannya dalam rangka sebagai nama alternatif dari negara merdeka setelah Hindia-Belanda selain “Indonesia” dan “Insulinde”.

Ketika “Indonesia” akhirnya ditetapkan sebagai nama politis bangsa yang baru pada Kongres Pemuda II (1928), istilah Nusantara tidak serta-merta ditinggalkan. Pada masa modern, justru digunakan sebagai padanan kata bagi “Indonesia”. Baik digunakan dalam ranah pengertian antropogeografi maupun politik.

Baca Juga: Kearifan Lokal Nusantara, Ritual Pawang Hujan Tak Hanya di Mandalika

Namun, setelah itu juga terjadi pengertian tumpang tindih dengan istilah “Kepulauan Melayu”. Hal ini dilatarbelakangi saat Malaysia berdiri pada 1957.

Dibalut politik konfrontasi oleh Soekarno, semangat kebersamaan di bawah istilah Nusantara tergantikan dengan semangat permusuhan. Ketika permusuhan berakhir, pengertian istilah Nusantara tetap bermakna semangat kebersamaan antarrumpun.

Istilah Indonesia dari Logan

Sementara itu istilah Indonesia muncul pada abad ke-19. Nama yang berasal dari kata “Indus” (Hindia) dan “nesia” (kepulauan) ini merupakan gagasan pengacara Inggris James Richardson Logan dan koleganya yang ahli geografi, George Windsor Earl.

Baca Juga: Sejarah Nusantara yang Jadi Nama Ibu Kota Baru Indonesia

Pramoedya Ananta Toer dalam buku Sedjarah Modern Indonesia yang diterbitkan di kalangan terbatas pada 1964, menyebutkan Logan sebagai pencetus pertama istilah Indonesia.

Dikutip dari Indonesia.go.id, Pram menjelaskan tentang apa itu Indonesia pada pengantar buku. Dia menulis, “Sampai waktu yang lama Indonesia dianggap tjiptaan Bastian, sedang sebenarnja adalah tjiptaan Logan. Pada mulanya Indonesia tidak lebih daripada sebuah istilah geografi, tapi dengan pasangnja gerakan kemerdekaan nasional non-koperatif kemudian mendjadi djuga istilah politik. Sebelum itu, mendjelang tutup abad ke-19, istilah ini telah juga digunakan sebagai istilah hukum oleh Ir H van Kol dalam perdebatan-perdebatan di dalam Parlemen Belanda.”

Pramoedya melihat Logan sebagai etnolog yang mencetuskan istilah Indonesia.

Baca Juga: Ini Kisah di Balik Nama Nusantara untuk Ibu Kota Baru RI

Sebenarnya ada dua orang yang “terlibat” mencetuskan nama Indonesia. Pertama adalah George Samuel Windsor Earl dan James Richardson Logan. Earl, yang pertama, adalah orang yang menulis sebuah artikel dalam jurnal “The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia” Vol. IV pada 1850.

Di halaman 71 jurnal itu dia menulis “the Malayunesian branch of this race”. Di bawah halaman ditambahkan oleh dia catatan yang menjelaskan istilah itu. Dia mengusulkan nama baru bagi penduduk kepulauan Hindia dengan nama “Indu-nesians” atau  “Malayu-nesians”.

Earl sendiri lebih suka dengan istilah yang kedua karena menurutnya istilah itu lebih memberikan penghargaan pada orang-orang Melayu yang telah menjelajah seluruh kepualauan sebelum orang-orang Eropa.

Baca Juga: Bahasa Indonesia Mirip dengan Bahasa Melayu, Ini Sejarahnya



Logan berpendapat sedikit berbeda. Logan yang menjadi kepala redaksi majalah itu, yang juga kolega Earl, bahkan yunior Earl saat masih kuliah, lebih memilih atau lebih suka dengan istilah Indonesia yang lebih praktis. Dia lebih memilih “Indonesia” sebuah istilah geografi untuk membedakan dengan wilayah kepulauan ini dengan wilayah lain.

Praktis, menurutnya karena lebih singkat ketimbang istilah panjangnya “Indian Archipelago”. Di halaman 254 jurnal itu, Logan memilih Indonesia sebagai nama wilayah kepulauan, dan penduduknya menjadi orang-orang Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya