SOLOPOS.COM - TERISOLASI -- Pakem terlihat di balik bangunan papan kayu di samping rumahnya di Dukuh Sunggang RT 2, Desa Ngrombo, Kecamatan Tangen, Sragen, Rabu (21/9/2011). Orang tua itu diisolasi selama 29 tahun.(JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

TERISOLASI -- Pakem terlihat di balik bangunan papan kayu di samping rumahnya di Dukuh Sunggang RT 2, Desa Ngrombo, Kecamatan Tangen, Sragen, Rabu (21/9/2011). Orang tua itu diisolasi selama 29 tahun.(JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Padmo Wiyono, 74, warga Dukuh Sunggang RT 2, Desa Ngrombo, Tangen, Sragen akhirnya lega setelah menerima kabar bahwa istrinya, Pakem, 71, yang menderita gangguan kejiwaan selama 29 tahun akhirnya bisa dirawat ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Solo. Kabar itu diterima kakek-kakek lanjut usia itu pada Rabu (28/9/2011) sore dari Kepala Desa Ngrombo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejak pagi buta, Padmo dan anaknya sudah menyiapkan diri. Istri tercintanya dimandikan dan didandani bak orang yang mau pergi
jagong. Kamis (29/9/2011), sekitar pukul 07.00 WIB, sebuah mobil ambulans Puskesmas Tangen tiba di depan rumahnya. Padmo bergegas mengantarkan Pakem ke dalam mobil. Selama evakuasi tak ada perlawanan dari Pakem. Mereka tidak langsung dibawa ke Solo, melainkan transit dahulu di Puskesmas Tangen untuk pemeriksaan medis dan catatan administrasi.

Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, dr Finuril Hidayati, sudah meminta puskesmas untuk segera menangani orangtua yang dipasung dalam ruang isolasi sempit. Semua pasien pasung yang mendapat rekomendasi dari puskesmas atau membawa surat keterangan tidak mampu (SKTM) langsung dilayani RSJ Solo secara gratis.

Sesampainya di Puskesmas Tangen, Pakem duduk berdampingan dengan suaminya di sebuah ranjang di sudut barat ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pakem terlihat seperti orang normal. Dia mengenakan kerudung warna hitam, berpakaian kebaya warna kuning tua dan jarit warna hitam. Dia menikmati sebuah roti yang disediakan petugas puskesmas.

“Roti dan minuman ini juga bayar nggak? Mengko (nanti-red) mampir ke Tawangmangu lho niliki (melihat-red) Suyono,” ujar Pakem kepada suaminya sembari melihat-lihat minuman kemasan.

Ora bayar. Wis menengo wae (Tidak bayar. Sudah diam saja-red),” jawab Padmo.

Pakem kadang-kadang tersenyum sendiri. Pandangannya kadang menerawang ke langit-langit ruang IGD itu. Tak lama berlalu, seorang petugas puskesmas dating. “Mbah, rumahnya mana? Mbah Pakem ini umurnya berapa?” Tanya petugas laki-laki itu. Pakem tersenyum malu-malu sembari ingin menyembunyikan mukanya. Kemudian dia menyebut angka. “Seket (lima puluh-red), he-he-he,”
celetuknya singkat.

Setelah mendata pasien, Pakem diajak ke ruang pemeriksaan medis. Di ruang kecil itu sudah siap dua orang perawat perempuan untuk memerika tensi darahnya. “Sare-sare (tiduran-red) mbah! Mbah, mangga sare!(silahkan tidur). Sendalnya dicopot saja,” pinta seorang perawat. Pakem mengikuti perintah itu. Beberapa kali perawat itu bertanya sesuatu tetapi tidak pernah mendapatkan jawaban yang pas dengan pertanyaannya karena tidak nyambung.

Setelah dirasa cukup, Pakem didampingi Padmo kembali memasuki ambulans untuk perjalanan ke RSJ Solo. “Nenek ini akan ditangani secara gratis di RSJ Solo. Dia sudah kami lengkapi surat-surat SKTM yang ditandatangani Camat Tangen. Tidak hanya selama 29 tahun, tetapi selama 30 tahun, kami baru mengetahui ada pasien pasung setelah membaca di media. Selama ini juga tidak pernah ada laporan,” ujar pendamping sosial dari Kementerian Sosial (Kemensos), Widowati SP, saat dijumpai Espos di Puskesmas Tangen, Kamis pagi.

(JIBI/Solopos/Tri Rahayu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya