SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Dengan alasan membangkang PSSI membekukan kepengurusan Pengprov PSSI DIY. Induk organisasi sepak bola di Tanah Air itu menuding Pengprov PSSI DIY telah hadir dalam kegiatan yang tidak diakui PSSI yaitu Kongres Penyelamat Sepak Bola Indonesia beberapa waktu lalu.

Organisasi sepak bola di Indonesia itu juga menunjuk Idham Samawi sebagai pengurus baru untuk mengambil alih Pengprov PSSI DIY.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kebijakan PSSI yang diambil tersebut merupakan buntut karut marut yang melanda PSSI. Dilengserkannya Nurdin Halid lewat Kongres Luar Biasa (KLB) beberapa waktu lalu ternyata belum membuat induk organisasi sepak bola di Indonesia menjadi kondusif.

Situasi di era Nurdin juga terjadi dalam era Johan Arifin Husein. Dualisme kompetisi juga terjadi pada saat ini. Perpecahan antara pengurus PSSI juga masih terjadi. Bahkan lebih parah lagi, sejumlah klub juga pecah. Arema Malang malahan bisa menjadi tiga klub yang masing-masing mengklaim benar.

Tentunya ini kondisi yang tidak baik di tengah gersangnya prestasi yang diukir Tim Nasional Indonesia. Di awal kepemimpinan Johar Arifin, secercah cahaya kebangkitan sepak bola sempat

terlihat manakala Tim Nasional SEA Games Indonesia tampil menawan di babak penyisihan hingga semi final.

Sayang di final, Diego Michels dkk kandas di tangan musuh bebuyutan Malaysia. Sayang beribu sayang momentum itu tidak bisa digunakan untuk rekonsiliasi bagi kemajuan sepak bola.

Justru perpecahan yang terjadi semakin meruncing. Saat ini, diperlukan sejumlah langkah untuk menyelamatkan kondisi sepak bola Indonesia. Pemerintah memang bisa turun tangan untuk mengatasi itu, hanya konsekuensinya FIFA akan memberikan hukuman bagi PSSI. Pasalnya, FIFA mengharamkan intervensi yang dilakukan pemerintah manapun terhadap induk organisasi sepak bola.

Itu mungkin langkah terakhir yang bisa dilakukan. Hanya pemerintah harus tetap cawe-cawe mengatasi permasalahan itu. Mediasi mungkin bisa dilakukan pemerintah untuk mempertemukan mereka yang bertikai.

Bagaimanapun jika situasi ini terus berlarut-larut, entah akan jadi apa sepak bola Indonesia. Padahal PSSI sudah menargetkan untuk bisa lolos ke Piala Dunia 2022 atau paling lambat 2026.

Jika perpecahan ini tidak diatasi maka pada tahun itu jangan berharap bisa melihat pemain Indonesia berlaga di Piala Dunia. Kita hanya bisa gigit jari menonton pemain negara lain berlaga di ajang turnamen sepak bola terakbar sejagad tersebut.

Bagaimanapun masyarakat Indonesia sudah rindu akan prestasi Tim Nasional. Mereka sudah muak dengan keributan suporter, baku hantam pemain dan perpecahan PSSI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya