SOLOPOS.COM - Guru Besar FSP ISI Jogja Prof. Victor Ganap (paling kanan), Dekan FSP ISI Jogja Yudi Aryani (tengah) dan Bambang Pudjasworo saat memberikan keterangan pers, Rabu (23/8/2017). (Harian Jogja/Sunartono)

Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni (ISI) Yogyakarta menggelar konferensi internasional asia pasifik tentang etnomusikologi yang ke-21 di Concert Hall ISI Jogja, Senin (28/8/2017) hingga Selasa (29/8/2017) pekan depan

 

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Harianjogja.com, BANTUL – Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni (ISI) Yogyakarta menggelar konferensi internasional asia pasifik tentang etnomusikologi yang ke-21 di Concert Hall ISI Jogja, Senin (28/8/2017) hingga Selasa (29/8/2017) pekan depan.

Kajian ilmiah di bidang musik dengan nama forum International Conference of Asia Pacific Society for Ethnomusicology ini bertujuan untuk melestarikan dan melindungi musik tradisional kelompok etnis di kawasan Asia Pasifik.

Ekspedisi Mudik 2024

Ketua Panitia Bambang Pudjasworo menjelaskan, konferensi itu diikuti akademisi, peneliti musik dari tujuh negara yang tergabung dalam Asia Pacific Society for Ethnomusicology (APSE). Forum ini baru pertama kali menggelar konferensi di Indonesia meski sudah yang ke-21.

ISI Jogja sengaja dipilih sebagai tuan rumah, karena memiliki sejarah penting terbentuknya APSE. Mantan Rektor ISI yang kedua, Prof. RM. Soedarsono menjadi salahsatu pengagas forum musik skala internasional.

Selain itu, ISI Jogja menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang menjadi anggota tetap APSE, yang kini dilanjutkan oleh Prof. Victor Ganap, guru besar Musik FSP ISI Jogja .

“Forum ini akan melakukan kajian lebih lanjut tentang perkembangan etnomusikologi di Asia Pasifik. Sekaligus mempromosikan kerjasama dan komunikasi antar perguruan tinggi dan ahli kawasan,” terangnya dalam konferensi pers di Ruang Dekanat FSP ISI Jogja, Rabu (23/8/2017).

Dekan FSP ISI Jogja Yudi Aryani menambahkan, jumlah peserta yang sudah mengirimkan abstrak makalah dalam kajian tersebut ada sekitar 53 peserta dari total 70 peserta yang mendaftar.

Sebanyak 15 peserta dari Indonesia telah menyatakan kesiapannya dengan makalah yang akan dipresentasikan. Dalam kajian itu, pihaknya memberikan ruang kepada disiplin ilmu lain seperti kajian seni pertunjukan dari perspektif sosiologi, arkeologi, sejarah hingga antropologi.

Menurutnya, konferensi itu penting bagi ISI, karena sebagai forum tukar menukar informasi dan pengalaman dalam pengembangan studi etnomusikologi. Sekaligus meningkatkan kerjasama antar universitas dalam rangka pengembangan studi dan konservasi musik etnik di kawasan Asia Pasifik. “Konferensi ini tentu bermanfaat meningkatkan wawasan pengetahuan dosen dan mahasiswa,” ungkapnya.

Guru Besar FSP ISI Jogja Prof. Victor Ganap menambahkan, APSE merupakan asosiasi yang menghimpun para ahli etnomusikologi dari berbagai perguruan tinggi seluruh dunia. Asosiasi ini secara khusus memberi perhatian dan kepedulian terhadap budaya musik etnik di Asia Pasifik.

Keberadaan asosiasi ini untuk melestarikan dan melindungi musik tradisional kelompok etnis di Asia Pasifik sebagai suatu warisan budaya yang tak ternilai harganya. “Saya melanjutkan Prof. RM. Soedarsono sebagai member APSE sejak 2013, terus menggelar pertemuan ilmiah, tetapi seringnya di Tiongkok dan Thailand,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya