SOLOPOS.COM - Soeharto (kanan), Ibu Tien (kiri), dan Mbak Tutut. (Instagram-@tututsoeharto)

Solopos.com, SOLO — Pada 28 April 2020 lalu, putri sulung Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut, menegaskan ibundanya, Siti Hartinah atau Ibu Tien, meninggal bukan karena ditembak.

Mbak Tutut mengungkapkan kesaksiannya itu tepat 24 tahun setelah Ibu Tien meninggal. Melalui tulisan berjudul 24 Tahun yang Lalu di laman pribadinya, Tututsoeharto.id, Mbak Tutut menegaskan ibundanya meninggal bukan karena ditembak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mbak Tutut menegaskan Ibu Tien awalnya mengalami sesak napas dan dilarikan ke rumah sakit. Sayang, saat perjalanan menuju rumah sakit, Ibu Tien sudah tak sadarkan diri dan kemudian dinyatakan meninggal dunia.

Hikmah Ramadan: Tantangan Ber-Islam pada Era Digital

Namun, Mbak Tutut seakan-akan tak terima jika Ibu Tien dikabarkan meninggal karena tertembak anak-anaknya—yang tak lain adalah adik-adik Mbak Tutut—yang sedang bertengkar. Beberapa tahun silam, memang muncul rumor Ibu Tien meninggal karena tertembak saat Bambang Trihatmodjo dan
Hutomo Mandala Putra aluas Tommy sedang bertengkar dan baku tembak.

Kesaksian Ajudan

Bantahan ternyata bukan hanya diutarakan Mbak Tutut. Purnawirawan polisi dengan pangkat terakhir jenderal, Sutanto, dengan tegas membantah isu Ibu Tien Soeharto meninggal karena ditembak. Sutanto merupakan seseorang yang pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto.

Sebagaimana dikutip dari Buku Pak Harto The Untold Stories pada laman Soeharto.id, Sutanto menegaskan Ibu Tien meninggal karena serangan jantung.

Ia menjelaskan awalnya Sang Ibu Negara kelelahan setelah sehari sebelumnya mengunjungi sentra pembibitan buah Mekarsari. Ia menjelaskan Ibu Tien sebenarnya tidak boleh berjalan terlalu lama karena mengidap penyakit jantung.

"Agaknya Ibu Tien terlalu asyik dan gembira melihat-lihat banyaknya tanaman yang tengah berbuah itu. Ibu Tien lupa bahwa sebenarnya beliau tidak boleh berjalan terlalu lama dan jauh. Hal itu untuk menjaga kesehatan Ibu Tien yang tengah mengidap penyakit Jantung," tutur Sutanto.

Menurut Sutanto, Ibu Tien mendapat serangan jantung mendadak pada Minggu, 28 Apriil 1996 sekitar pukul 04.00 WIB. "Ibu Negara nampak sulit bernafas. Dalam kondisi genting segera diputuskan untuk membawa Ibu Tien ke RPSAD Gatot Subroto," bebernya.

Ngamuk Minta Bansos Rp5 Miliar ke Kades, Pria Malang Bunuh Balita

Sutanto yang mengaku turut membawa Ibu Negara dari rumah ke mobil dan selanjutnya ke RSPAD menjelaskan Pak Harto dan kedua putranya, Tommy dan Sigit, ikut mendampingi.

"Setelah berbagai upaya penyelamatan medis dilakukan oleh tim dokter, Allah SWT berkehendak lain atas insan ciptaan-Nya. Sekitar pukul 05.10 Ibu Tien mengembuskan napas terakhir dan meninggalkan berbagai kenangan kepada seluruh rakyat Indonesia," ungkap Sutanto.

Isu Itu Kejam

Beberapa hari setelahnya, menurut Sutanto, beredar isu di masyarakat bahwa Ibu Tien Soeharto ditembak salah satu anaknya. Bambang dan Tomy disebut berebut proyek mobil nasional dan sempat terjadi baku tembak.

Menurutnya, isu itu sangat kejam. "Itu adalah rumor dan cerita yang sangat kejam dan tidak benar sama sekali. Saya saksi hidup yang menyaksikan Ibu Tien terkena serangan jantung mendadak, membawanya ke mobil, dan terus menunggu di luar ruangan saat tim dokter RPSAD melakukan upaya medis," tegas sang ajudan.

Ia berharap isu tersebut tak begitu saja dipercaya masyarakat. Ia tak ingin Ibu Tien Soeharto yang sudah tenang di sisi Tuhan diusik dengan isu seperti itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya