SOLOPOS.COM - Waduk Gajah Mungkur Wonogiri (Dok/Solopos)

Waduk Gajah Mungkur Wonogiri (Dok/Solopos)

Waduk Gajah Mungkur Wonogiri (Dok/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI — Saat Lebaran mendatang, lahan parkir objek wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri akan berkurang, menyusul genangan air waduk yang cukup tinggi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perum Jasa Tirta (PJT) menduga ketinggian permukaan air tiga meter lebih tinggi dibandingkan bulan sama tahun lalu.

Tak hanya mengurangi area parkir, air yang berlimpah secara umum juga mengancam lahan pertanian karena berpotensi memunculkan banyak hama.
Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air (ASA) IV PJT I Bengawan Solo, Winarno Susiladi, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (14/7/2013), mengatakan ketinggian air WGM Sabtu (13/7/2013) mencapai 136,38 meter di atas permukaan laut (dpl).

Diperkirakan pada Agustus, ketinggian permukaan air bisa mencapai tiga meter lebih tinggi dibanding tahun lalu. Sebagai pembanding, pada Agustus 2012 tinggi permukaan air 131,29 meter dpl.

“Tinggi permukaan air sudah jauh di atas pola 134,5 meter dpl. Ini di atas pola itu pernah terjadi dulu. Tapi kondisi air sangat berlebih ini baru tahun ini terjadi,” terang Winarno.

Tingginya permukaan air secara otomatis membuat lahan parkir di Objek Wisata WGM berkurang. Padahal, seperti jamak diketahui, area di bibir waduk bisa dipakai untuk parkir saat Lebaran.

Sekretaris Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Wonogiri, Sentot Sujarwoko, mewakili Plt Kepala Disbudparpora, Teguh, mengakui parkir akan jadi persoalan pelik pada libur Lebaran mendatang.

Pengelola diharuskan mencari alternatif lahan parkir pengganti jika tidak mau Objek Wisata WGM makin semrawut.

“Kondisi biasa saja [lahan parkir bibir waduk] tidak tergenang, padatnya seperti itu. Apalagi kalau nanti. Sekarang kami sedang memikirkan solusinya,” ujar Sentot.

Di lain pihak, ancaman hama di lahan pertanian disampaikan Kabid Tanaman Pangan, Sutardi, mewakili Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Wonogiri, Guruh Santoso. Sutardi menjelaskan curah hujan yang tinggi meski memasuki musim kemarau saat ini membuat kelembapan mencapai 94%. Pada kondisi tersebut biasanya semua jenis hama bermunculan.

“Semua bisa muncul. Wereng, pengerek batang, tikus, juga hama-hama lain. Saya yakin dengan air berlimpah, banyak petani akan menanam padi. Padahal risikonya besar,” kata Sutardi.

Risiko dimaksud bukan hanya ancaman hama, melainkan juga berkurangnya kualitas tanah sehingga hasil panen berpotensi berkurang.

Dia menerangkan tanah tidak bisa terus menerus diberi air. Secara periodik tanah membutuhkan terpapar udara agar unsur hara di dalamnya aman. Namun, dengan ditanami padi sepanjang tahun, kualitas tanah bakal turun. Kondisi tersebut, tandas Sutardi, bisa berakibat produktivitas tanaman padi tidak maksimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya