SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WONOGIRI — Warga Sumberejo dan Mundu, Desa Purworejo, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri mengeluhkan pencemaran sawah dan sungai diduga akibat limbah industri tepung tapioka di Dawung, Ngadirojo, Wonogiri.

Pencemaran itu mengakibatkan petani gagal panen hingga berkali-kali dan berton-ton ikan di sungai mati. Jika perusahaan pembuat tapioka tak segera mengatasi masalah ini, warga mengancam akan menempuh jalur hukum pidana maupun perdata.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lebih dari 20 warga terdampak mengadukan masalah tersebut ke otoritas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Wonogiri, pekan lalu. Mereka membawa contoh air sungai yang diduga tercemar, foto dokumentasi kerusakan sawah, dan video lokasi pembuangan limbah.

Mereka diterima Kabid Pembinaan Lingkungan Hidup DLH Wonogiri, Konfrontadi Febianto (Febi). Saat itu warga juga didampingi pengacara.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, warga terdampak pencemaran lingkungan itu dari enam rukun tetangga (RT), yakni Sumberejo RT 001-003/RW 002 dan Mundu RT 001-003/RW 004. Mereka merupakan pemilik sawah, penggarap sawah, dan warga sekitar sungai yang tercemar limbah.

Koordinator warga terdampak, Witanto, saat ditemui Solopos.com, menyampaikan sawah terdampak mendapat pengairan dari sungai yang terkontaminasi limbah. Sawah itu terdiri atas lungguh atau bengkok perangkat desa yang digarap warga seluas belasan hektare (ha) dan sawah milik warga yang luasnya belum dapat diperkirakan.

Mayoritas sawah tersebut terdapat di Sumberejo. Berdasar penelusuran tim yang dibentuk warga, sungai tercemar karena pabrik tepung tapioka membuang limbah ke sungai dalam setahun terakhir. Saluran pembuangan terdapat di Dawung, Pondok, Ngadirojo.

Air sungai yang tercemar masuk ke persawahan membuat tanaman padi mati saat akan berbuah. Akibatnya banyak petani gagal panen hingga beberapa kali.

Kalau pun bisa panen, produksinya sangat minim karena mayoritas padi gabuk. Dampaknya semakin kentara sejak pekan lalu. Sejak saat itu ribuan ekor ikan di sepanjang sungai mati.

Sungai yang mengalir dari Ngadirojo dan bermuara di Sungai Bengawan Solo itu terdapat enam dam. Setiap dam diperkirakan terdapat 3-4 ton ikan nila, gabus, dan lele.

Dam terdapat banyak ikan karena warga dan karang taruna kerap menebar benih ikan. Kini seluruh ikan sudah mati. Akibatnya populasi jentik-jentik nyamuk meledak lantaran pemangsa jentik, yakni ikan, telah mati sehingga setiap hari warga sekitar sungai diserang banyak nyamuk.

“Ini masalah serius. Pencemaran ini berdampak pada kerusakan lingkungan, juga pada ekonomi warga. Kalau perusahaan tak segera mengatasi masalah, kami akan menempuh jalur hukum pidana maupun perdata. Kami sekarang sudah menggandeng pengacara,” kata Witanto didampingi warga.

Sriyanto, 53, warga Mundu, mengaku sudah dua kali gagal panen 100 persen. Panen berikutnya hanya mendapat enam karung gabah. Padahal, saat sawah bagus produksi gabah bisa mencapai lebih dari 20 karung. Dia mengaku rugi jutaan rupiah.

Kabid Bina Lingkungan DLH, Febi, menyatakan segera membentuk tim untuk menindaklanjuti aduan warga. Dia akan cek lokasi mengambil contoh air dan tanah untuk selanjutnya diuji laboratorium guna mengetahui kandungannya.

Jika benar ada pencemaran akibat limbah, tim akan menelusuri asal limbah tersebut. Sementara itu, perusahaan produsen tepung tapioka yang diduga mencemari sawah dan sungai belum dapat dimintai konfirmasi. Perwakilan perusahaan, Wahid, tidak mengangkat telepon saat Solopos.com menghubunginya nomor teleponnya beberapa kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya