SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Solopos.com)–Sejumlah warga di perumanan nasional (Perumnas) Mojosongo Solo mengeluhkan kondisi air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Selain tidak lancar, warga menilai air tersebut juga tidak layak minum.

Nehemia Purnanto, 27, salah seorang warga di Perumnas Mojosongo kepada Espos, Rabu (23/3), mengungkapkan warga khawatir akan mengalami gangguan kesehatan jika meminum air dari PDAM. “Kalau dimasak, selalu muncul kerak putih di peralatan masak. Adanya endapan putih itu mengindikasikan bahwa air tersebut tidak sehat. Kami juga pernah melakukan uji dengan alat elektrolisis. Hasilnya, muncul endapan yang pekat sekali yang mengindikasikan adanya kandungan logam,” kata warga yang saat ini masih duduk di bangku kuliah S-2 Universitas Sebelas Maret (UNS) ini.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Untuk mencukupi kebutuhan air minum, kata Nehemia, warga terpaksa membeli air bersih dalam jeriken yang dijajakkan pedagang keliling yang didatangkan dari mata air Cokro, Klaten. Air dari PDAM itu hanya dimanfaatkan warga untuk kebutuhan mandi dan mencuci. “Ini sangat ironi, PDAM kan kepanjangan dari Perusahaan Daerah Air Minum tetapi kok airnya tidak bisa diminum,” tutur Nehemia.

Nehemia menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci pun warga harus bersabar. Pasalnya, air dari PDAM itu hanya mampu mengalir lancar pada malam hari. “Kalau siang, air yang mengalir cuma sedikit. Bahkan, dibandingkan air kencing saja lebih banter air kencing,” sindir Nehemia.

Nehemia menambahkan, untuk tetap bisa mandi dan mencuci di siang hari, warga harus mengisi tandon air di malam hari. “Namun begitu, jika sedang terjadi pemadaman listrik, air dari PDAM juga tidak bisa mengalir,” tambah Nehemia.

Hal senada juga dikemukakan Maria Ika, 27, warga lainnya. Menurutnya, bermasalahnya air dari PDAM sebenarnya sudah terjadi bertahun-tahun. Sebenarnya warga sudah kerap melontarkan protes kepada pengelola PDAM. Namun begitu, hingga kini belum ada perubahan yang berarti. “PDAM seolah-olah tutup mata dan telinga. Padahal, setiap bulan kami juga membayar tagihan air senilai Rp 50.000 hingga Rp 80.000,” tandas Maria.

Sementara itu, Direktur PDAM Solo, Singgih Tri Wibowo hingga kini belum bisa dimintai tanggapan ikhwal keluhan warga Perumnas Mojosongo tersebut. Saat Espos mencoba menghubunginya telepon genggamnya, yang bersangkutan tidak bersedia mengangkat.

mkd

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya