SOLOPOS.COM - Nama Bayanan Hot Spring Water terpampang di tengah taman yang bersih dengan sejumlah permainan anak di objek wisata Bayanan, Sambirejo, Sragen, Rabu (12/1/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Menjelang Bulan Suci Ramadan tiba, sebagian warga, biasanya di Jawa, masih menjalani tradisi tahunan yakni sadranan dan padusan. Sadranan adalah ritual ziarah dan bersih-bersih makam, mendoakan leluhur, sebelum diakhir dengan makan bersama. Sadranan biasanya dilaksanakan warga satu desa secara bersama-sama.

Sementara tradisi padusan diambil dari bahasa jawa adus yang berarti mandi. Padusan merupakan ritual penyucian diri sebelum memasuki bulan Ramadan. Penyucian diri ini dilakukan dengan mandi di sumber air atau pemandian yang dianggap memiliki nilai atau sakral. Kadang juga tradisi padusan dilakukan di kolam renang biasa. Padusan kadang dilakukan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Di Sragen ada sejumlah lokasi yang dijadikan warga untuk menjalani padusan. Namun yang paling populer adalah di Objek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan. Lokasinya di Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, sekitar 17 km sebelah tenggara dari pusat kota Sragen.

Baca Juga: Libur Imlek, Pengunjung Pemandian Air Panas Bayanan Sragen Meningkat

Pemandian air panas Bayanan kini tampil lebih segar dan indah setelah selesai dipugar pada akhir 2021. Karena berada di lereng utara Gunung Lawu, pemandian air panas Bayanan ini memiliki suasana yang sejuk. Selama perjalanan menuju lokasi, pengunjung akan disuguhi pemandangan indah berupa hamparan sawah hijau jika belum dipanen dan kerimbunan hutan karet.

Air panas Bayanan diyakini memiliki khasiat untuk menyembuhkan sejumlah penyakit antara lain gatal-gatal, reumatik, pegal linu, dan flu tulang. Pengunjung biasanya ramai datang saat liburan sekolah, sebelum Bulan Puasa yakni ketika masyarakat melakukan tradisi padusan. Kompleks Pemandian Air Panas Bayanan juga menjadi lokasi yang cocok untuk menunggu waktu datangnya berbuka puasa alias ngabuburit.

Mitos

Mengutip situs sragenkab.go.id, Jumat (25/3/2022), Objek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan semula merupakan bekas tempat tetirah para orang kaya Belanda semasa kolonial. Pemandian ini dibangun pada 1808 oleh Praul, salah satu saudagar Belanda terkemuka saat itu.

Baca Juga: Wisata Bayanan Diresmikan, Bupati Sragen: Sudah Bagus Tapi Banyak PR

Setelah berada di bawah pengelolaan pemerintah RI, pada 1978, pemandian sumber air panas Bayanan direnovasi. Setahun kemudian sumber air panas Bayanan diresmikan sebagai objek wisata dan di bawah pengelolaan Pemkab Sragen.

Mitos yang dipercaya warga sekitar menyebutkan bahwa sumber air panas tersebut dijaga oleh makhluk halus. Makhluk itu bernama Hyang Tirto Nirmolo dan suka menolong menyembuhkan orang sakit. Penduduk yang gatal-gatal (bubul-jawa), capek setelah bekerja berat dapat segera sembuh dan segar kembali seusai mandi air Bayanan.

Sebuah rumah kecil dibangun untuk lokasi upacara adat. Di bangunan yang sekarang dianggap keramat tersebut rutin diadakan upacara merayakan panen. Tradisi turun temurun itu biasanya berlangsung pada hari Jumat Legi dalam penanggalan Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya