SOLOPOS.COM - Seorang buruh tani tengah memanen padi di wilayah Pucangan, kartasura, Sukoharjo. Padi kini terpaksa dipanen lebih awal di wilayah yang tak memiliki pasokan air irigasi yang cukup. (JIBI/SOLOPOS/Ivan Andi Muhtarom)

Seorang buruh tani tengah memanen padi di wilayah Pucangan, kartasura, Sukoharjo. Padi kini terpaksa dipanen lebih awal di wilayah yang tak memiliki pasokan air irigasi yang cukup. (JIBI/SOLOPOS/Ivan Andi Muhtarom)

SUKOHARJO – Sebagian tanaman padi di Desa Pucangan, Kecamatan Kartasura harus dipanen lebih awal dari jadwal normal. Masalahnya, tak tersedia cukup air untuk mengairi sawah yang ditanami padi tersebut.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Seorang buruh tani yang bekerja memanen padi di lahan pertanian Dukuh Sanggrahan, Desa Pucangan, Sariyah, 37, kepada Solopos.com mengungkapkan dirinya bekerja kepada juragannya, Wahono, yang membeli padi tersebut dari pemilik lahan. Padi yang ia panen, kata Sariyah, berusia sekitar 75 hari. Padahal, menurutnya usia panen ideal padi sekitar empat bulan.

Ekspedisi Mudik 2024

Perempuan yang tinggal di RT 002, Dukuh Tanggul, Desa Pucangan, itu menambahkan, konsekuensi dari panen yang dilakukan lebih awal adalah berat gabah cenderung lebih ringan dari semestinya. Isi gabah menurutnya kurang padat.
“Saya di sini bekerja bersama tiga orang teman. Mereka sama-sama dari Dukuh Tanggul. Kami diberi upah Rp85.000 per satu kuintal gabah dan batang padinya. Kemarin saya bekerja di sawah di sebelah utara SMK Muhammadiyah Surakarta. Di sana, per hari saya bisa dapat lima kuintal. Kalau di sawah ini, ya baru hari ini,” papar Sariyah.

Ia menambahkan, lahan pertanian yang sebelumnya ia dan teman-temannya panen hanya menghasilkan 2,3 ton gabah. Padahal, pada kondisi ideal, sawah itu bisa menghasilkan total sekitar empat ton. Pekerja lain di sawah itu, Marikem, 45, mengaku bisa memanen enam sampai tujuh kuintal per hari, tergantung pada dirinya sendiri. Ia mengatakan, banyak lahan pertanian di daerah Pucangan yang kekurangan air sehingga beberapa pemilik memilih memanen padi mereka lebih awal dari jadwal.

“Saya bareng Sariyah, Sarjiyem, 40 dan Warsiti, 30 selalu kompak jadi satu kelompok pas ada yang membutuhkan jasa kami. Kami nurut juragan saja. Kalau rajin, ya bisa dapat banyak. Kalau santai, ya cuma sedikit,” ujar Marikem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya