SOLOPOS.COM - Warga menunjukkan air sumur di bak mandinya di Dukuh Bibikan, Desa Bogor, Cawas, Klaten, Senin (28/8/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Sebanyak 800 keluarga di Cawas, Klaten, mendaftar langganan PDAM karena air sumur mereka keruh.

Solopos.com, KLATEN — Sebanyak 800 keluarga di Desa Bogor, Cawas, Klaten, mendaftar sebagai pelanggan PDAM Klaten. Hal itu karena kualitas air sumur di desa itu tak layak konsumsi.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Desa Bogor, Joko Riyanto, mengatakan pengajuan berkas ke PDAM dikirim pemerintah desa pada Januari lalu. Survei berulang kali dilakukan ke desa tersebut namun pemasangan instalasi tak kunjung dimulai.

“Survei terakhir sebulan lalu. Rencananya air mau menyambung dari Gombang. Di sini kalau enggak [air] PDAM enggak bisa [dikonsumsi],” kata dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (28/8/2017).

Joko menerangkan kualitas air di wilayahnya menurun sejak gempa 2006. Menurut hasil pengkajian, air sumur mengandung kadar kapur dan besi (Fe) tinggi sehingga tak layak konsumsi.

Air membikin dasar bak penampungan kotor dan banyak warga terserang penyakit. “Banyak anak muda di sini terkena batu ginjal mungkin karena kapur dan kandungan Fe-nya tinggi,” ujar dia.

Untuk konsumsi, lanjut Joko, warga membeli dari penyuplai air menggunakan tangki seharga Rp3.000 per jeriken kapasitas 20 liter. Warga menampung air ke dalam ember atau tempat penampungan air dari plastik.

Menampung air di tempat berbahan keramik cepat kotor sehingga harus sering dibersihkan. Warga Desa Bogor mulai membeli air sejak lima tahun lalu.

Pemerintah sempat mendirikan Pamsimas pada 2012 tapi mubazir karena kualitas airnya sama dengan kualitas air sumur warga. Kemudian, Pamsimas kedua dibangun lagi pada 2014 di tempat berbeda.

Namun, kualitas air yang dihasilkan tetap tak layak konsumsi. “Lalu, mau bikin lagi tapi saya larang sebab hasilnya juga sama. Satu-satunya ya PDAM yang layak minum,” terang Joko.

Salah satu warga, Dalmi, 65, warga RT 007/RW 003, Dukuh Bibikan, Desa Bogor, mengatakan air sumur miliknya hanya digunakan untuk mandi dan cuci piring atau cuci baju. Sedangkan untuk makan dan minum, ia membeli dari truk-truk tanki yang datang rutin ke desa.

Ia membeli dua ember besar dengan harga Rp3.000 per ember. “Itu kadang bisa buat sepekan. Kadang juga tiga hari habis,” ujar dia yang mengaku ingin segera bisa menikmati air PDAM karena lebih praktis.

Tejo Hariyanto, Kepala Dusun III Desa Bogor, mengatakan kualitas air sumur warga memang buruk. Bahkan, untuk ternak pun sebetulnya kurang baik. Kadang, untuk mencuci baju mengakibatkan noda warna kuning di baju.

“Maka itu warga di sini kebanyakan membeli air. Kami inginnya air PDAM bisa segera mengalir ke sini,” harap Tejo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya