SOLOPOS.COM - Prosesi pengambil air berkah di Umbul Jumprit, Kabupaten Temanggung, untuk perayaan Waisak 2022, Minggu (15/5/2022). (Istimewa/Kemenag)

Solopos.com, TEMANGGUNG — Setiap tahun umat Budha mengambil air berkah untuk perayaan Waisak di Umbul Jumprit yang ada di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Begiru juga pada perayaan Waisak 2566 Buddhis Era (BE).

Sebenarnya bagaimana sejarah Umbul Jumprit yang ada di lereng Gunung Sindoro tersebut?

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dilansir dari temanggungkab.go.id, nama Jumprit ternyata sudah disebutkan dalam serat Centini. Nama itu dikaitkan dengan legenda Ki Jumprit yang merupakan ahli nujum di Kerajaan Majapahit. Sosok itu bukan hanya dikenal sakti mandraguna, tetapi juga salah seorang putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit.

Ki Jumprit meninggalkan kerajaan supaya bisa mengamalkan ilmu serta kesaktiannya kepada masyarakat luas. Perjalanan panjangnya berakhir di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.

Baca Juga: Disemayamkan di Candi Mendut, Ini Makna Api Dharma Waisak dari Mrapen

Diyakini bahwa Ki Jumprit merupakan leluhur dari masyarakat Temanggung yang tersebar di lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Namun, hal ini memang masih memerlukan kajian mendalam, terutama dari aspek kesejarahan.

Sebagai ahli nujum, Ki Jumprit pernah meramal suatu saat Temanggung bakal menjadi daerah yang makmur. Sebagian ramalannya terbukti benar. Masyarakat di Lerang Gunung Sindoro dan Sumbing relatif hidup berkecukupan melalui tanaman tembakau. Tanaman ini mulai populer sejak 1970-an.

Di lokasi Umbul Jumprit terdapat bangunan menyerupai candi. Langgam arsitekturnya mirip dengan bangunan peninggalan Majapahit.

Bangunan yang telah berumur ratusan tahun itu menjadi gerbang dari sebuah tempat yang dikeramatkan. Namun, bangunan itu bukan gerbang utama yang sudah dilalui sebelum tiba di bangunan mirip candi tersebut.

Baca Juga: Air Berkah Waisak Diambil dari Umbul di Lereng Gunung Sindoro

Di balik bangunan itu terdapat Umbul Jumprit. Air dari umbul ini juga dimanfaatkan penduduk sekitar untuk keperluan sehari-hari, termasuk mengairi sawah dan kebun. Keberadaan umbul di antara belantara hutan juga menghadirkan panorama alam yang sungguh indah.

Mata air di Umbul Jumprit ini tidak pernah kering, meski pada musim kemarau panjang. Air di umbul ini pun sangat dingin, meski pada siang hari. Airnya pun sangat jernih, karena berasal dari sumber di pegunungan. Air ini yang juga mengisi Sungai Progo.

Tempat untuk Bermeditasi

Umbul ini banyak dikunjungi peziarah yang bermeditasi dan mandi kungkum. Biasanya tempat ini ramai dikunjungi peziarah pada dua hari keramat, yakni Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon.

Seusai melakukan ritual kungkum, biasanya peziarah membuang pakaian dalam sebagai simbol membuang sial sekaligus berharap rezeki baru bakal datang.

Baca Juga: Sakral! Begini Ritual Waisak di Candi Borobudur

Pada malam 1 Suro, tempat ini juga ramai dikunungi warga. Apalagi setiap momen tersebut diselenggarakan atraksi wisata di Sendang Sidukun, yaitu tradiis Suran Traji dengan aneka ritual menebar jimat pengantin lurah traji. Upacara ini telah dilakukan ratusan tahun lalu yakni berupa Kirab Lurah.

Umbul Jumprit ini juga menjadi tempat yang disucikan umat Budha di Indonesia. Setiap berlangsung upacara Trisuci Waisak di Candi Borobudur, air keberkahan selalu diambil dari umbul tersebut.

Bagi sebagai orang, air di Umbul Jumprit ini dipercaya bisa membuat awet muda, enteng rezeki, dekat jodoh, dan sarana membuang sial.

Di dekat mata air juga terdapat makam Ki Jumprit yang selalu ramai dikunjungi peziarah untuk keperluan meditasi dan mandi kungkum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya