SOLOPOS.COM - Ribuan orang memadati kawasan Bundaran Air Mancur Bank Indonesia sebelum menuju ke depan Istana Merdeka di Jakarta, Jumat (4/11/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Widodo S. Jusuf)

Ahok sudah menjadi tersangka, namun masih saja ada dua rencana demo, yakni 19 November dan 25 November.

Solopos.com, JAKARTA — Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie, mengingatkan agar semua pihak mengamankan keadaan pascapenetapan Ahok sebagai tersangka. Dia meminta tak ada lagi aksi pengerahan massa lanjutan, khususnya rencana demo 25 November sebagai lanjutan demo 4 November dan safari kebhinekaan pada 19 November.

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

Hal itu diingatkan Jimly mengingat ketegangan akibat perdebatan kasus Ahok yang mencapai puncaknya saat aksi besar-besaran 4 November. Menurutnya, kasus bom gereja di Samarinda yang menelan korban jiwa anak berusia 2 tahun merupakan dampak dari ketegangan ini.

“Ke depan, kita harus mengamankan keadaan, misalnya siapa saja yang punya niat untuk demo lagi pada 25 November dan safari kebhinekaan 19 November, supaya diurungkan. Supaya tidak terjadi seperti di samarinda, ini dampak buruk dari ketegangan ini,” kata Jimly dalam wawancara jarak jauh dengan Kompas TV, Rabu (16/11/2016).

Menurutnya, kedua rencana aksi ini akan melibatkan dua kelompok yang saling bertentangan sehingga dikhawatirkan akan memunculkan adu domba. Yang penting saat ini adalah semua pihak menghormati proses hukum dan fokus menyukseskan pilkada.

“Sekarang fokus sukses pilkada. Kalau ini selesai 3 bulan, insya Allah buat tenang. Bagi yang tidak suka dengan paslon A atau B, lakukan dengan berlomba merebut simpati pemilih, dan tidak bisa hanya dengan mengungkap kemarahan dan kebencian, dan itu sudah terjadi.

Jimly mengaku sudah berbicara dengan berbagai tokoh, termasuk di MUI, untuk menenangkan suasana. Dia mendengar kabar bahwa rencana demo 25 November juga melebar dengan melibatkan kelompok lain. Karena itu, dia meminta rencana aksi dibatalkan. Baca juga: Beredar Pesan Berantai Ajak Tarik Uang Massal, Ini Jawaban Pemerintah.

“Tidak usah dicari siapa, tapi mencegah masyarakat teradu domba. Ini tugas tokoh agama umat muslim. Saya dengar rencana demo 25 itu sudah melebar-lebar juga, kelompok buruh ikut berpartisipasi, itu kan meluas, dan macam-macam titipan. Dan pengalaman aksi 4 November kemarin kan melebar. Jika yang 19 November itu juga terjadi, bisa bahaya. Ini harus dihentikan.”

Di media sosial, muncul dua seruan aksi turun ke jalan yang berbeda. Pertama, ajakan massa dengan tajuk Pecinta Bhinneka Tunggal Ika di Bundaran HI, 19 November 2016 mendatang. Di sisi lain, beredar ajakan aksi 25 November dengan tajuk Aksi Bela Islam III. Selain itu, beredar isu ajakan rush atau tarik uang massal yang menjadi viral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya