SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

PENGHARGAAN GO TIK SWAN--KRAR Hardjosoewarno (kiri) menujukkan Bintang Budaya Parama Dharma yang merupakan penghargaan dari Presiden SBY kepada Go Tik Swan saat jumpa pers di rumah Jalan Yos Sudarso, Solo, Kamis (10/11/2011). Go Tik Swan berjasa kepada Indonesia sebagai budayawan dan pembatik. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Solo (Solopos.com)–Selain Paku Buwono (PB) X, tokoh lain asal Solo yang mendapat penghargaan dari Pemerintah RI adalah pelopor motif batik Indonesia, almarhum Go Tik Swan atau KRT Hardjonagoro.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Memang bukan gelar Pahlawan Nasional yang diperolehnya, melainkan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma. Namun, tanda kehormatan itu memiliki arti yang sangat penting bagi ahli waris KRT Hardjonagoro, KRAr Hardjo Suwarno dan istrinya, Supiyah Anggriyani.

Ekspedisi Mudik 2024

Tanda kehormatan itu membuat keduanya semakin termotivasi untuk menggali dan menghidupkan kembali motif-motif batik Indonesia ciptaan Go Tik Swan.

Berbicara kepada wartawan dalam acara syukuran sekaligus konferensi pers di Dalem Hardjonegaran, Kamis (10/11/2011) siang, Suwarno, didampingi istrinya Supiyah mengungkapkan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada pemerintah atas pengakuan dan penghargaan terhadap Go Tik Swan yang telah mengabdikan hidupnya untuk pengembangan budaya.

”Keinginan kami selaku ahli waris adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan yang diajarkan oleh beliau panembahan KRT Hardjonagoro, di antaranya tentang kesederhanaan dan kesabaran, nrimo ing pandum, mikul dhuwur mendhem jero, serta terus menghidupkan karya-karya beliau agar bisa dinikmati masyarakat,” jelas Suwarno, dalam acara yang dihadiri pula oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Widdi Srihanto dan Kabid Cagar Budaya Dinas Tata Ruang Kota (DTRK), Mufti Raharjo itu.

Ditambahkannya, sebagai budayawan dan pelopor pengembangan batik, KRT Hardjonagoro telah mulai menciptakan motif-motif batik sejak tahun 1950-an. Telah disiapkan pula penerus yang akan melestarikan karya-karya adiluhungnya.

Motif batik yang diciptakan Go Tik Swan, menurut Suwarno, merupakan motif batik Indonesia, yakni perpaduan antara motif batik Solo, Yogyakarta dan batik pesisiran. Jadi tidak menonjolkan ciri kedaerahan tertentu. Keunggulan lainnya, terletak pada makna filosofi yang terkandung dalam setiap motif.

”Selain memelopori batik Indonesia, panembahan juga merupakan ahli keris sejak tahun 1972 dan pengoleksi arca serta patung kuno yang sekarang berjumlah 44 buah dan telah dihibahkan ke pemerintah, meskipun masih dititipkan di Dalem Hardjonegaran,” kata Suwarno.

Mengenai upaya menghidupkan kembali motif-motif ciptaan Go Tik Swan, Supiyah mengatakan berbekal resep-resep yang diajarkan almarhum Go Tik Swan kepada dirinya selama 20 tahun, saat ini tengah dilakukan dengan mereproduksi motif-motif tersebut.

“Ada sekitar 200 motif batik yang diciptakan penambahan Hardjonagoro. Di antaranya yang cukup diunggulkan adalah motif Sawunggaling, Radityo Kusumo, Kuntul Melayang, Parang Anggrek, dan Kembang Bangah. Kami berusaha terus menggali dan merepro agar tetap lestari,” kata Supiyah.

(shs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya