SOLOPOS.COM - Agus Condro (JIBI/SOLOPOS/dok)

Agus Condro (JIBI/SOLOPOS/dok)

SOLO – Mantan anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Agus Condro yang terjerat kasus travellers cheque pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) mengaku tidak tertutup kemungkinan dirinya pindah ke partai lain.

Promosi BRI Lakukan Penyesuaian Jam Operasional Selama Ramadan, Cek Info Lengkapnya

Saat ini, Agus mengaku masih tercatat sebagai anggota dari partai berlambang moncong putih itu. Hal itu dikemukakan Agus dalam sesi tanya jawab dalam acara Pembinaan Kader Partai Nasdem Kecamatan Jebres yang digelar di RM Phuket Solo, Minggu (18/12/2011).

Ekspedisi Mudik 2024

Pada acara tersebut, Agus sengaja diundang jajaran pengurus DPC Partai Nasdem Kota Solo untuk menjadi salah satu pembicara. ”Sampai sekarang saya masih memegang KTA (kartu tanda anggota-red) PDIP. Sebab saya hanya dicopot sebagai anggota DPR pada 2008 lalu, meskipun saat ini tidak pernah dipakai lagi. Tapi jika suatu ketika ada yang menawarkan untuk menggunakan pemikiran saya dan ternyata cocok, kenapa tidak?” ujar Agus menjawab pertanyaan yang dilontarkan salah satu kader Partai Nasdem yang menjadi peserta acara tersebut.

Dalam materi yang disampaikannya, Agus mengingatkan agar partai baru yang saat ini muncul hendaknya memiliki orientasi yang berbeda dari partai-partai yang sudah ada. Terlebih karena kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan partai politik saat ini telah hilang. ”Lah wong rakyat saja sudah bosan dengan partai politik kok ya masih saja bikin partai baru?” tandasnya.

Sehingga Agus menilai menjadi tantangan besar bagi partai-partai baru, termasuk Partai Nasdem, untuk bisa mendapatkan kepercayaan itu dari rakyat. ”Tentunya Partai Nasdem ke depannya tidak boleh menjadi partai yang seperti itu. Ini sebuah tantangan,” katanya.

Menurut Agus, seharusnya gerakan sebuah partai politik harus dilandasi oleh semangat mengutamakan kepentingan masyarakat, meskipun saat ini kancah perpolitikan Indonesia memang sedang didominasi privatisasi politik golongan-golongan tertentu.

”Bagaimana caranya agar tidak hanya menjadi partai tumpangan tapi partai yang memberikan advokasi bagi masyarakat. Tidak hanya politik atau hukum tapi juga termasuk dari sektor ekonomi,” papar Agus. Dia menilai mayoritas partai-partai besar yang ada saat ini hanya dijadikan sebagai batu pijakan atau kendaraan bagi pihak-pihak yang berdana besar yang hanya ingin mendapatkan status sebagai wakil rakyat. Karena itu, tak heran jika saat ini banyak wakil rakyat tidak lagi peduli dengan rakyat yang telah memilihnya.

”Saat ini partai-partai yang ada hanya menguntungkan orang-orang yang berduit yang ingin jadi dewan. Jadi bagi orang-orang idealis yang ingin memperjuangkan nasib rakyat tapi tidak punya duit, ya tidak akan bisa duduk sebagai wakil rakyat,” tandasnya.

sry

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya