Tokoh
Jumat, 18 November 2011 - 07:44 WIB

Agung Setyodinoto cinta mati pada Solo

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sosok Agung Setyodinoto, 37, pasti tak asing lagi bagi kalangan pariwisata Solo. Di Pusat Grosir Solo (PGS), para pedagang sangat akrab dengan pria yang sejak Januari 2011 ini menyandang tugas sebagai Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Solo. Maklum saja, pekerjaannya sebagai tour guide membuat Agung harus rajin berinteraksi dengan pelaku wisata.

Saat ditemui Solopos.com, di salah satu pusat belanja fasyen Kota Solo itu pun, Agung banyak disapa para pedagang. Sesekali dia membalas sapaan dengan ramah, sembari melempar senyum. “Saya sering ke PGS mengantar tamu, makanya kenal akrab,” ujar pria yang kini tinggal di Pabelan, Kartasura itu, Kamis (17/11/2011).

Advertisement

Menjadi pemandu wisata sejak tahun 1993 membuat Agung begitu fasih dengan pekerjaannya. Apalagi berinteraksi dengan semua kalangan adalah kesukaannya, selain jalan-jalan alias travelling. Hobi ini tentu saja sejalan dengan pekerjaannya sebagai guide.

Sejak lulus dari Sekolah Menengah Industri Pariwisata (SMIP) Jaya Wisata Jakarta, 1993, Agung memang telah memantapkan hati bekerja di bidang pariwisata. Menurutnya dunia pariwisata adalah dunia yang tak akan mati, selagi manusia ada. Sebab, pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan naluriah untuk mendapatkan hiburan. Wisata adalah hiburan yang banyak dipilih.

Didukung oleh rasa cinta kepada kota kelahirannya, Solo, Agung lantas memilih berkarir di Solo dan meninggalkan Ibu Kota. Di Solo, dia bekerja di sebuah biro wisata lokal. Saat itulah dia mulai mengenal Solo lebih dekat dari kacamata pariwisata. Agung pun mengaku cinta mati pada Solo. “Yang membuat saya suka Solo adalah Solo itu memiliki semuanya, wisata budaya/tradisi, Pura Mangkunegaran, Keraton, Museum, juga wisata yang lain. Saya cinta mati pada Solo.”

Advertisement

Kini setelah menjabat sebagai Ketua HPI Solo, generasi kelima, Agung berharap bisa membangun HPI menjadi lembaga yang independen dan diakui. Peran HPI, menurutnya, sangat besar untuk ikut mengembangkan pariwisata kota. Pria kelahiran Pajang Solo, 22 Juli 1974 itu berharap HPI mampu mendorong munculnya tour guide baru di tahun-tahun mendatang. Menurut dia, saat ini Solo membutuhkan lebih banyak guide dan lebih kompeten. “Tahun depan, kami ingin semakin banyak guide yang legal, HPI saya harap bisa membantu untuk legalitas itu,” pungkas dia.

(tsa)

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif