SOLOPOS.COM - Agung dan salah satu lukisan karyanya (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Agung dan salah satu lukisan karyanya (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Menuju rumah Agung yang ada di kawasan puncak Pegunungan Menoreh Dusun Plono Barat Desa Pagerharjo Samigaluh, Kulonprogo, Harian Jogja harus melewati jalanan yang meliuk-liuk di Pegunungan Menoreh.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada banyak titik akan ditemui pemandangan elok tentang perut, lembah dan bukit dan pegunungan Menoreh. Ada persawahan, sungai, kekeringan hingga petani di ladang.

Saat masuk ke rumah Agung, pemandangan yang tadi terlihat langsung, seolah disajikan kembali. Tidak dalam bentuk nyata, tetapi dalam goresan warna di atas kanvas. Belasan lukisan terpajang di dalam ruang tamu rumahnya yang berupa sebuah ruangan besar mirip aula. Di dindingnya penuh lukisan dari yang kecil, hingga terbesar, berukuran 2 meter kali 3 meter.

Semua lukisan menggambarkan alam, pemandangan yang dijumpai di setiap sudut Pegunungan Menoreh. “Alam adalah sumber inspirasi. Setiap geraknya mengajarkan manusia tentang kehidupan yang seimbang, harmoni, selaras, sunyi yang senantiasa misteri,” tutur Agung.

Pria berusia 35 tahun ini telah melukis sejak 1994. Saat ia masih duduk di bangku SMA. Kemampuannya melukis didapat tanpa sekolah formal. Bahkan, kuliah pun ia ambil bidang ekonomi. Namun, kemampuan tangannya tak bisa berbohong. Lukisannya menajdi bukti.

Sejak awal, lukisannya berupa pemandangan alam, menggunakan media minyak maupun acrylic di atas kanvas. Perpaduan warna itu tidak digoreskan dengan kuas, melainkan dengan pisau, sehingga lukisan yang dihasilkan seperti lukisan timbul. Dalam menuangkan warna, ia juga tidak pernah mencampur air maupun minyak, tetapi bahan bahan warna langsung.

Meski bergambar alam, semua lukisannya dihasilkan di dalam rumahnya yang sekaligus studio. Sudah puluhan lukisan yang dihasilkannya. Karyanya, sudah berkali-kali ikut dalam pameran bersama di Jogja, Magelang hingga Jakarta. Dua kali ia menggelar pameran tunggal di Jogja, dalam dua tahun terakhir. Puluhan lukisannya sudah beredar di seluruh Indonesia melalui para kolektor.

Agung menuturkan meski ada yang hasil dari imajinasi, namun kebanyakan lukisannya adalah pemandangan alam yang memang pernah ditemuinya. Hal itu seperti lukisan persawahan Dusun Beteng, Banyuasin, Kali Tinalah, hingga rumpun bambu di tepi desa, pohon kelapa dan tupai dan Kali Progo.

Menurut dia, semua lukisan itu menjadi rekaman kondisi alam di satu masa. “Alam cepat sekali berubah, saya berharap bisa mengabadikan salah satu kondisi yang tidak akan terulang lagi,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya