SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jogja–Kondisi Merapi yang tidak menentu, membuat para pengungsi mudah terpengaruh dengan segala informasi yang diterima.

Keadaan ini lantas dimanfaatkan pihak tak bertanggung jawab untuk menyebarkan isu terkait aktivitas Merapi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

SMS beruntun ini ternyata sampai juga kepada warga di pengungsian. Alhasil sebagian dari mereka menjadi panik. Menanggapi itu, Menko Kesra Agung Laksono pun ikut kesal.

“Itu isu yang tidak bertangggung jawab,” kata Agung saat jumpa pers di Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi, Gedung Pusat Informasi dan Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B), Jl Kenari No 14, Yogyakarta, Senin (8/11).

SMS itu menurut Agung, memang sengaja disebarkan untuk membuat konsentrasi warga yang ada di pengungsian terpecah. Maka itu sebagai tindak lanjut, Agung meminta pihak kepolisian untuk melacak siapa penyebar pertama SMS itu.

“Kami minta pihak kepolisian untuk melacaknya,” tegas politisi Partai Golkar ini.

Agung menganggap orang yang menyebarkan isu itu tidak memiliki rasa empati. Maka itu Agung berharap, sebaiknya warga hanya percaya pada informasi yang disampaikan pemerintah melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM yang diketuai oleh Dr Surono.

“Pak Rono (Dr Surono) sendiri bilang tidak bisa diprediksi, karena sampai saat ini yang bisa dilakukan hanyalah mitigasi bencana. Jadi kita anggap saja itu perbuatan yang sangat tidak bermoral,” tandas Agung.

Sebelumnya Minggu (7/11) sempat beredar SMS yang mengatakan bahwa puncak letusan Merapi akan terjadi pada Minggu malam sampai tanggal 8 November. Salah satu poin dari isu yang menyebar lewat SMS/BBM berbunyi “…Gunung Merapi mulai meletus pada tanggal 26/10 sampai 5/11, dan puncaknya pada malam ini (Minggu 7/11) hingga tanggal 8/11.” Isu itu mencatut hasil penelitian oleh tim vulkanologi dunia.

Isi SMS ini juga sempat dikutip oleh sebuah tayangan infotaiment Silet edisi Minggu. Tayangan ini lantas dikritik oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena dianggap semakin meresahkan warga.

Atas tayangan yang meresahkan itu Redaksi infotainment Silet yang tayang di RCTI meminta maaf atas penayangan edisi Minggu (7/11) yang dinilai meresahkan warga Yogyakarta dan sekitarnya. Permintaan maaf Silet ini ditayangkan beberapa detik setiap beberapa menit.

Untuk meluruskan simpang siur ini Kepala Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Mbah Rono, Bupati Sleman Sri Purnomo, hingga Presiden SBY pun telah meminta warga untuk tidak percaya isu-isu yang beredar.

Mereka juga meminta agar orang-orang yang tidak bertanggung jawab menghentikan kegiatan yang menyebabkan kepanikan dan ketakutan warga itu.

dtc/nad

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya