SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjukkan kartu e-Toll seusai peresmian jalan tol Semarang-Solo seksi III Bawen-Salatiga di Gerbang Tol Salatiga, Senin (25/9/2017). (JIBI/Solopos/Aloysius Jarot Nugroho)

Agenda Presiden Joko Widodo di Kota Salatiga membuktikan bahwa Jokowi lebih kondang ketimbang nama lengkapnya.

Semarangpos.com, SALATIGA — Agenda Presiden Joko Widodo berkunjung ke Kota Salatiga, Jawa Tengah mengungkap kenyataan bahwa nama Jokowi lebih akrab di telingan warga ketimbang nama lengkap pemberian orang tuanya.  Adalah Muchsimin, seorang kakek yang usia lebih dari 70 tahun mengungkap kenyataan itu.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Tatkala didaulat berdialog dengan Kepala Negara saat pembagian sertifikat tanah di Keluruhan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Jateng, Senin (25/9/2017), Muchsimin mengaku tidak mengetahui kepanjangan nama Jokowi. Presiden Jokowi dalam kesempatan itu membagikan 5.781 sertifikat kepada masyarakat Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali.

Cobi, Panjenengan pirsa mboten, nggih, nama komplet saya [Coba, Anda tahu enggak nama lengkap saya]? Yang keras,” tanya Presiden Jokowi saat memberikan kuis kepada Muchsimin.

Mendapat pertanyaan tersebut, Muchsimin mengaku hanya tahu Jokowi saja, namun kepanjangannya tidak mengetahuinya. “Mboten ngertos, tapi kulo Pak Jakowi ngertos, Pak Presiden [Tidak tahu, tapi saya tahunya Pak Jokowi, Pak Presiden],” jawabnya polos.

Walaupun sudah dituntun dan dibantu oleh para penerima sertifikat yang memenuhi Lapangan Keluruhan Pulutan tersebut, Muchsimin tetap tidak bisa menyebut nama lengkap Presiden Jokowi. “Ini harus tuntas. Lanjutane mboten ngertos? Joko Wi….,” kata Presiden Jokowi mencoba menuntun Muchsimin.

Nyatanya, kakek-kakek itu tetap tidak bisa menyebutkan nama lengkap Sang Presiden. “Ternyata banyak yang manggil…  Jokowi-Jokowi, tapi enggak tahu kepanjangannya,” kata Presiden yang datang ke Salatiga didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo beserta Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan A. Djalil dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung ini.

Setelah beberapa kali dituntun dan dibantu secara bersama-sama para tamu undangan yang datang, akhirnya Muchsimin bisa menyebut, “Joko Widodo.”

Berbeda halnya dengan Nenek Tuminah yang berhasil menghafalkan Pancasila dengan sempurna. “Wah pintar sekali,” kata Presiden Jokowi.

Nenek-nenek dari Desa Karanganyar, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Jateng ini mengaku sering menghafalkan Pancasila karena rajin ikut kegiatan PKK di desanya. Bahkan Presiden Jokowi sempat meminta Tuminah menyanyikan lagu Mars PKK dan tantangan ini disambut dengan menyanyikan lagu tersebut sampai selesai.

“Wah suaranya merdu…. Syahrini saja kalah,” puji Presiden yang disambut gelak tawa para warga yang hadir.

Selanjutnya Presiden Joko Widodo juga meminta Armen Delfi Kurniawan dari Kota Salatiga untuk menyebut tujuh suku di Indonesia dan tantangan ini bisa dijawab dengan lancar. Setelah berhasil menjawab, Presiden mempersilahkan ketiganya kembali ke tempat duduknya dan Muchsimin serta Tuminah langsung menurutinya. Namun, Arman Delfi masih tengak-tengok karena tidak mendapat hadiah sepeda dari Presiden.

“Kenapa kok tengak-tengok,” goda Presiden melihat tingkah laku Arman.

Ternyata dalam kunjungan kerja ke Sidorejo, Kota Salatiga, Jateng itu hadiah sepeda dari Presiden diletakkan di belakang panggung. Biasanya, dalam agenda lain Presiden Jokowi, hadiah sepeda dipampang di depan podium.

“Ya… sudah ambil sepedanya,” kata Presiden kepada Arman pada akhirnya.

Kakek Muchsimin yang melihat Arman mendapat sepeda langsung mendekati Presiden menanyakan hadiah untuk dirinya.

Hla tadi enggak bisa menyebut nama lengkap saya… kok minta sepeda,” kata Presiden.  Namun Kepala Negara pada kenyataannya tetap memberikan sepeda bagi Muchsimin maupun Tuminah.

Dalam kesempatan ini, Presiden juga mengungkapkan target 5 juta sertifikat tanah akan dibagi pada tahun 2017 kepada masyarakat Indonesia. “Saya perintahkan Bapak Menteri ATR/BPN dan seluruh BPN dari Sabang sampai Merauke seluruh Indonesia, target 5 juta sertifikat tahun ini harus keluar,” katanya.

Presiden kembali mengatakan bahwa target tahun 2018 tujuh juta, tahun selanjutnya sembilan juta agar seluruh bidang tanah di Indonesia 100% bersertifikat. “Seharusnya yang pegang sertifikat 126 juta, tapi sekarang yang pegang baru 46 juta, separuhnya saja belum, makanya saya update, kalau tidak, tidak akan rampung-rampung,” katanya.

Presiden mengingatkan jika masyarakat tidak memiliki bukti autentik kepemilikan tanahnya, masalah di berbagai provinsi terkait sengketa tanah akan tetap berlangsung. “Semuanya masalah di mana-mana, di semua provinsi ada. Setiap saya kunjungan masalah isinya sengketa-sengketa tok, karena tanah yang dimiliki belum mempunyai bukti hak berfungsi seperti yang saya pegang ini. Kalau sudah pegang, itu lebih gampang tidak ada yang menggugat,” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya