SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo alias Jokowi (JIBI/Solopos/Antara/Irfan Anshori)

Agenda Presiden Jokowi pada hari kedua Lebaran berkunjung ke kampung halaman orang tuanya di Karanganyar.

Solopos.com, SOLO – “Saya hadir di sini karena kangen,” kata lelaki mengenakan baju putih dan bawahan celana kain warna hitam saat mendapat giliran menyambut ribuan warga Desa Kragan, Gondangrejo, Kamis (7/7/2016).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia, orang nomor satu di Republik Indonesia, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo, pulang ke kampung halamannya di Dusun Kauman, Desa Kragan, Gondangrejo. Dia mengunjungi rumah pamannya, Heru Purnomo, dan membagikan 1.250 paket sembako kepada warga di tujuh dusun di Desa Kragan.

Jokowi sampai di rumah pamannya sekitar pukul 10.25 WIB. Rumah pamannya itu tepat berada di depan balaidesa Kragan. Rumah tanpa pagar dan ada toko di depan rumah itu sering disinggahi Jokowi kecil. “Kangen,” ujar Jokowi.
“Kangen,” kata dia lagi.

Ribuan warga yang duduk di kursi plastik yang ditata di bawah tenda di depan pendapa balaidesa itu serentak menjawab,”Nggihhh…”

Jokowi tersenyum. Dia mengingat masa kecilnya saat duduk di bangku taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah pertama (SMP). “Kecilan saya pas TK, SD, SMP itu hampir setiap 1-2 pekan sekali ke sini,” ujar dia.

Lalu, Jokowi teringat perjalanannya saat berangkat dan pulang sekolah. Dia menumpang bus saat berangkat dan pulang sekolah. Lantas perjalanan disambung dengan jalan kaki sampai tepi aliran Sungai Bengawan Solo. Jokowi kecil harus menyeberang sungai dari Desa Kebak menuju Desa Kragan.

“Kalau naik bus lewat Kebakkramat. Lalu jalan kaki. Habis itu naik gethek nyebrang. Mboten pas banjir. Yen pas banjir deg-degan,” cerita Jokowi.

Lalu Jokowi bertanya apakah sarana transportasi air berupa gethek itu masih dipakai warga untuk menyeberangi Sungai Bengawan Solo.

“Sak niki taksih?”

Warga serentak menjawab. “Taksih….”

Jokowi membalas paduan suara warga Kragan itu dengan pertanyaan lain. “Pingin gethek terus mboten?”

Warga kembali menjawab dengan serentak dan lantang. “Mboten….” Jokowi tertawa. “Gethek nggih penak,” jawab Jokowi menggoda warga Kragan.

Jawaban Jokowi sontak membuat warga tertawa. Cerita dan gurauan Jokowi belum berhenti sampai di situ. Jokowi ingat kebiasaannya saat masih berstatus pelajar. Dia sering mandi di aliran Sungai Bengawan Solo. Lalu, dia mencari teman-temannya saat mandi di sungai. Jokowi bertanya kepada warga yang hadir apakah ada di antara mereka adalah teman masa kecilnya terutama saat mandi bersama di sungai.

“Ada teman saya? Yang dulu menemani saya mandi di Bengawan Solo. Ada atau tidak?”

Tidak ada satupun warga yang mengangkat tangan. Namun, ada seorang warga yang mengaku mengenali Jokowi kecil. Dia teringat saat Jokowi sekolah sedangkan dirinya berangkat ke pasar untuk berjualan kayu. Mereka selalu berpapasan di jalan. Jokowi berbincang dengan lelaki lansia itu selama beberapa saat. Namun, bukan lelaki itu yang dicari Jokowi.

“Ini desa almarhum bapak saya di sini. Eyang saya dulu di sini. Kecilan saya itu naik perahu dan naik gethek. Pas banjir besar ya tetap naik perahu dan naik gethek.
Dulu kecil saya mandi di Bengawan Solo. Tapi tadi cari yang nemenin saya dulu banyak sekali, kok enggak ada. Berarti sudah almarhum semua mungkin,” tutur Jokowi saat ditanya wartawan tentang kesannya berlebaran di kampung halaman.

Jokowi selesai menyapa warga Kragan sekitar pukul 11.00 WIB. Dia bergegas menuju makam bapak dan eyangnya. Lokasi makam tidak jauh dari rumah pamannya.

Sementara itu, Kepala Desa Kragan, Widada, mengaku mendengar cerita tentang eyang dan bapak Jokowi dari cerita tetua dan tokoh masyarakat jaman dulu. Kakek Jokowi, Wirjo Miharjo, pernah menjabat sebagai kepala desa Kragan.

Rumah di depan balaidesa itu menyimpan sejarah perjalanan hidup Jokowi dan keluarga besarnya. Widada juga bercerita tentang pribadi paman Jokowi, Heru Purnomo. Heru membuka toko kelontong di rumahnya. Dia salah satu tokoh masyarakat yang disegani di Kragan.

“Pribadinya sederhana. Beliau sering membantu warga. Jalan ke makam itu juga dibetulkan. Masjid Darusalam yang masih setengah jadi itu juga,” ujar Widada.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya