SOLOPOS.COM - Presiden Jokowi menelepon Menko Polhukam sebelum menyampaikan keterangan pers di Blair House, Washington DC, AS, Senin (26/10/2015) waktu setempat. (Setkab.go.id)

Agenda Presiden Jokowi ke AS disebut-sebut sangat penting sehingga tak dibatalkan di tengah kabut asap.

Solopos.com, JAKARTA — Pentingnya kerja sama yang akan dibangun antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan pengusaha setempat, menjadi alasan utama Presiden tetap melaksanakan lawatan ke Negara Paman Sam tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, mengatakan kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Amerika Serikat untuk menepis anggapan ada jarak di antara kedua negara. Apalagi, Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif sejak merdeka.

“Anggaran ada jarak antara Indonesia dengan Amerika Serikat dijawab dengan komitmen investasi senilai US$20,5 miliar. Ini komitmen investasi terbesar negara itu ke Indonesia sejak Era Reformasi,” katanya di Jakarta, Rabu (28/10/2015).

Pramono Anung menuturkan Presiden Jokowi selalu mengutamakan hasil dalam kunjungan kerjanya ke beberapa negara sahabat. Dalam kunjungan tersebut, Presiden juga tidak terlalu mengedepankan diplomasi, tetapi lebih menggunakannya waktunya untuk mempromosikan Indonesia.

Menurutnya, Presiden ingin memastikan investor dari mana pun mengetahui saat ini Indonesia sudah terbuka kepada investor dan berupaya untuk memperbaiki iklim investasi. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional di tengah pelambatan ekonomi dunia.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mempercepat lawatannya di Amerika Serikat untuk menuju wilayah terkena kabut asap di Sumatra dan Kalimantan. Presiden bahkan mempertimbangkan untuk berkantor di Palembang untuk semantara agar dapat memastikan upaya penanganan korban kabut asap berjalan baik.

Dengan dipercepatnya lawatannya di Amerika Serikat, Presiden Jokowi membatalkan rencana kunjungannya ke Silicon Valley untuk bertemu beberapa petinggi perusahaan. Dia pun meminta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, dan Menkominfo Rudiantara, untuk menggantikannya bertemu beberapa petinggi perusahaan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya