SOLOPOS.COM - Ilustrasi kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan (Twitter)

Kepesertaan jaminan sosial ketenagakerjaan di desa masih rendah.

Harianjogja.com, SLEMAN— Kesadaran perlindungan sosial ketenagakerjaan di desa-desa masih cukup rendah. Dari 86 desa di Sleman, hingga kini baru enam desa yang menjadi peserta perlindungan ketenagakerjaan tersebut.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Kepala BPJS Ketenagakerjaan Cabang Jogja, Ainul Kholid menyampaikan, tahun depan pihaknya akan menambah jumlah Penggerak Jaminan Sosial Indonesia (Perisai). Jika tahun ini hanya 11 agen, tahun depan ditargetkan terjaring lebih dari 50 agen. Perisai merupakan individu yang direkrut dan dibekali dengan pelatihan terkait jaminan sosial ketenagakerjaan. Mereka juga telah mengantongi sertifikasi untuk menjalankan profesi sebagai agen Perisai.

Selain ke pasar-pasar, Perisai juga diterjunkan ke wilayah terpencil lengkap layanan mobile. Selain memiliki fungsi akuisisi, edukasi dan sosialiasi, kader Perisai juga dapat melakukan konsultasi jaminan sosial khususnya ketenagakerjaan. “Termasuk membantu pengurusan klaim baik Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian,” katanya, Selasa (21/11/2017).

Keberadaan agen-agen ini, diharapkan mampu meningkatkan perlindungan ketenagakerjaan terutama kepada pekerja informal. Apalagi, jumlah desa yang ikut program perlindungan ketenagakerjaan di wilayah DIY cukup rendah. Dari 438 desa baru 80 desa yang mengikuti program ini. Alasannya, Pemdes belum menganggarkan keikutsertaan dalam program ini. “Sleman hanya enam desa, Bantul sembilan desa, Kulonprogo 17 desa dan Gunungkidul 56 desa,” jelasnya.

Padahal program tersebut dinilai memberikan perlindungan bagi pekerja. Dengan iuran Rp16.800 per bulan, peserta mendapatkan perlindungan sosial ketenagakerjaan dengan dua program dasar, meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM). Jika peserta mengalami musibah kecelakaan kerja, katanya, seluruh biaya  pengobatan akan ditanggung sampai sembuh total. Sebaliknya, bila peserta program meninggal dunia maka ahli warisnya akan diberikan santunan Rp24 juta.

Ini terlihat dari jumlah klaim yang dicairkan per Oktober 2017 di mana total pencairan JKK Rp5,5 miliar untuk 1.440 kasus kecelakaan kerja. Adapun pencairan jaminan kematian sebanyak Rp5,7 miliar dari 210 kasus. “Paling banyak kasus kecelakaan lalu lintas sekitar 60 persen, sisanya kecelakaan di lingkungan kerja 40 persen,” ujarnya.

Saat ini, pihaknya baru membina enam Desa Sadar BPJS Ketenagakerjaan di DIY. Meliputi Desa Tamanan dan Mangunan (Bantul), Desa Condongcatur dan Merdikrejo (Sleman), Desa Bejiharjo (Gunungkidul) dan Banjararum (Kulonprogo). “Kami turut membangun perlindungan pekerja di Desa-desa,” katanya.

Ervied, kader Perisai KUD Tempel Sleman mengatakan, kader Perisai telah diujicobakan di DIY sejak Oktober 2016 lalu. Mereka melakukan pendekatan dengan berbagai bentuk dan kegiatan. Para agen juga aktif mendatangi lokasi-lokasi strategis seperti pasar, desa-desa dan lainnya. Selain menyasar pedagang, mereka juga menyasar kalangan petani, peternak dan profesi lainnya di masyarakat. “Di Sleman kami menyasar 17 Kecamatan. Sebulan pendaftar bisa mencapai 40 orang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya