Tiga tahun sudah Kasman Taslim bertugas di Afghanistan, negeri yang bisa bikin bulu kuduk bergidik karena masih sangat rawannya kondisi akibat konflik berdarah yang masih merebak. Meski begitu, arsitek yang bergabung dalam UNAMA atau United Nations Assistance Mission in Afghanistan ini mengaku tetap punya banyak kenangan yang berkesan.
Seperti terungkap dalam tulisannya yang dimuat di blog kisah-kisah kiprah warga Indonesia yang bertugas di berbagai misi internasional, Pralangga.org, Kasman mengaku tiga tahun terasa berlalu begitu cepat menyaksikan konflik yang berkepanjangan. Dirinya teringat ketika kali pertama menjejakkan langkahnya di Bandara Internasional Kabul.“Tepat setahun sebelum kedatangan saya waktu itu ada penculikan 23 warga Korea Selatan pada tahun 2007. Satu hal yang sedikit melegakan, dalam proses pembebasan 19 orang yang tersisa dibantu oleh peran KBRI Indonesia yang dianggap sebagai negara ‘Islam’ yang netral, walaupun sebenarnya Indonesia bukanlah negara Islam,” tulisnya.
Perjalanan berujung di kompleks UNOCA atau United Nations Office for the Coordination of Humanitarian and Economic Assistance Programmes, lembaga bantuan khusus PBB untuk Afghanistan. “Kami harus melalui tiga security check post. >em>Check post pertama dilakukan di antara blast wall yang beratapkan tumpukan karung pasir oleh polisi Afghanistan dan anjing pelacak. Melewati jalan dengan penghalang beton yang disusun selang seling hingga kendaraan harus melintasi jalur berbentuk zig zag hingga tiba di pos kedua yang dijaga konsultan keamanan dan pos terakhir dijaga personel keamanan internal UNAMA yang dikawal pasukan Gurkha dari Nepal,” papar Kasman.
Di kompleks PBB seluas 19 hektare ini terdapat beberapa lembaga PBB yang berkantor dan sekaligus menyediakan tempat tinggal staf. Kompleks ini dikelilingi tembok beton tebal dan gulungan kawat berduri di atasnya ditambah terdapat beberapa menara pengawas di sepanjang dinding pembatas. Namun di dalam “benteng” ini semuanya serba lengkap, ada toko swalayan, ATM, bank, salon, kafe, restoran, pusat rekreasi dan yang paling favorit bar Base 2 yang ramai dikunjungi selepas jam kantor untuk bersosialisasi dengan teman atau main biliar.
Setiap staf memiliki ruang tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi tersendiri di rumah seluas 32 meter persegi dikelilingi beberapa taman luas yang sering digunakan untuk acara makan bareng dan pesta-pesta informal. Sayur-mayur didatangkan tiga kali sepekan yang menjual aneka pilihan sayur dan buah segar, daging dan kebutuhan dapur, serta aneka roti dan kue. Sesekali dibuat bazar dadakan yang menjual kerajinan lokal Afghanistan.Tentunya segala daya upaya dalam mensejahterakan staf yang tinggal di dalam kompleks PBB ini tidak terlepas dari faktor keamanan. Dengan tersedianya berbagai macam fasilitas dan aktivitas maka risiko akibat melakukan perjalanan di luar kompleks bisa diminimalkan.
bas/*
Link blog www.pralangga.org