SLEMAN—Warga mengeluh akses jalan menuju Dusun Srunen, Galahharjo, Cangkringan, Sleman, hingga saat ini masih rusak parah.
Nyoto Sutoyo, Ketua RT 4, Srunen, memaparkan, untuk menuju kantor kecamatan Cangkringan, ia membutuhkan waktu sekitar 30 menit saat kondisi kering hingga 1 jam saat musim hujan. Bahkan, tak jarang ia mengurungkan niat untuk ke kantor kecamatan lantaran jalan penghubung sepanjang delapan kilometer yang dilaluinya, harus melewati sungai gendol, yang ketika hujan deras tiba dipastikan teraliri lahar hujan.
“Akses jalan di dusun Srunen sangat susah,” katanya, Minggu (10/2/2013).
Jalan sepanjang sekitar delapan kilometer ini rusak parah. Tidak hanya karena pasca erupsi Merapi tetapi juga akibat setiap hari menjadi jalur utama truk pengangkut material erupsi Gunung Merapi. Di daerah timur, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Kerusakan terlihat dari lapisan aspal yang habis, berganti lapisan tanah berbatu dan bergelombang. Pada musim hujan seperti ini, beberapa jalan tergenag air dan becek. Ketika hujan tidak ada, jalan berdebu. Hal ini menjadi pemandangan warga semenjak akhir tahun 2010 silam hingga saat ini.
Heri Prasetyo, Kabag Pemerintahan Desa Glagahharjo, Cangkringan, Sleman membenarkan jika akses jalan menuju daerah Kawasan Rawan Bencana (KRB) di dusun Srunen, rusak parah. Pihaknya sudah mencoba untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah, namun hingga saat ini belum ada realisasi pembenaran.
“Sudah kami sampaikan jika jalan penghubung disana rusak, namun belum ada tindakan dari Pemkab,” kata Heri.