SOLOPOS.COM - Ilustrasi jual beli properti (freepik)

Solopos.com, SOLO – Industri infrastruktur dan properti masih diandalkan menjadi penopang utama perekonomian nasional dan daerah. Sepanjang 2023, para pengembang atau developer properti harus bekerja keras untuk menjawab tantangan dan menggenjot penjualan properti.

Sektor properti diproyeksi terus tumbuh seiring dengan pulihnya perekonomian pascapandemi yang didukung oleh mobilitas masyarakat. Tren pembelian properti bakal kembali dilirik oleh konsumen maupun investor. Namun demikian, beragam tantangan juga mengadang pengembangan industri properti sepanjang 2023.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kenaikan harga bangunan menjadi salah satu tantangan bagi sektor properti. Bahkan, lonjakan harga material memengaruhi 30 persen harga properti. Selain itu, kenaikan harga tanah juga menjadi tantangan sektor properti.

“Kami tetap optimis sektor properti tumbuh sepanjang 2023 seiring dengan pemulihan ekonomi nasional dan daerah. Meski, ada perlambatan penjualan properti selama kuartal I/2023,” kata Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Soloraya, Samari, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (31/3/2023).

Pasar properti menghadapi tantangan lain seperti kenaikan suku bunga kredit dan inflasi. Langkah dan strategi diperlukan para developer untuk menggarap pasar perumahan yang dinilai masih potensial. Padahal, kebutuhan rumah, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sangat besar dan potensial.

Ada kecenderungan konsumen melirik hunian yang dekat dengan pusat kota atau wilayah pinggiran. “Sesuai hasil rapat kerja daerah (rakerda) Apersi Jawa Tengah, concern kami menggenjot produksi rumah pada 2023. Tahun lalu, target produksi rumah 1.200 unit-1.500 unit namun hanya terealisasi sekitar 700 unit,” ujar dia.

Karena itu, para pengembang perumahan berupaya dengan beragam cara untuk menggenjot produksi rumah. Terutama pada semester II/2023 atau pascaLebaran yang diproyeksi melesat tajam. Hal ini disokong kemudahan pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) subsidi dari perbankan atau lembaga keuangan.

Menurut Samari, sektor pekerja informal kurang mendapat perhatian dari pemerintah dalam pemberian akses rumah subsidi. Padahal, pekerja sektor informal memiliki potensi besar dalam pengembangan pembiayaan rumah subsidi yang menyasar kalangan masyarakat MBR terhadap kebutuhan papannya.

“Kelompok pedagang e-commerce atau agen-agen perbankan semestinya mendapat akses kemudahan dalam pembiayaan KPR rumah subdisi. Jumlah sangat banyak, ribuan orang di Soloraya,” papar dia.

Sementara itu, Direktur Utama PT Adi Propertindo, Sunaryo, mengatakan para developer dituntut lebih inovatif dan kreatif dalam menggenjot produksi dan menjual properti. Misalnya, material kayu mulai diganti dengan baja ringan serta sejenisnya. Mulai dari jendela, daun pintu dan kerangka atap rumah.

Guna menggenjot penjualan properti, developer bisa menggencarkan beragam promo menarik untuk menarik calon pembeli. “Bisa potongan harga atau diskon cashback saat membeli rumah atau kemudahan-kemudahan lain bagi calon pembeli. Kebutuhan hunian layak masih tinggi jadi harus bisa memaksimalkan kesempatan dan peluang,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya