SOLOPOS.COM - Sebanyak 11 orang perwakilan sekolah menunjukkan sertifikat Sekolah Adiwiyata Tingkat Kabupaten Sragen saat foto bersama dengan pejabat di Kantor DLH Sragen, Senin (12/10/2020). (Solopos.com-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN Status sekolah adiwiyata atau lembaga pendidikan yang peduli terhadap lingkungan hidup menjadi prestise tersendiri dalam dunia pendidikan. Bahkan kini menjadi ngetren dan mudah mencari siswa.

Tren para orang tua memilih sekolah untuk anak-anak mereka pada lembaga pendidikan berstatus adiwiyata tersebut terlihat dari rata-rata jumlah siswa yang relatif lebih banyak dibandingkan yang belum berstatus itu. Penjelasan itu disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sragen Samsuri saat ramah tamah dengan para kepala sekolah dan guru SD/MI atau SMP di Kantor DLH Sragen, Senin (12/10/2020).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Kalau sekolah adiwiyata itu golek murid wis ora kangelan [mencari siswa sudah tidak kesulitan] karena sidah diincer [diincar] walimurid. Ada tren wali muris memilih menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah adiwiyata. Hal ini menjadi motivasi bagi sekolah-sekolah yang belum berstatus adiwiyata,” jelas Samsuri.

Korea Selatan Pastikan BTS Tetap Wajib Militer

Ekspedisi Mudik 2024

Samsuri berharap seluruh sekolah di Sragen baik SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA bisa menjadi adiwiyata sehingga ada kepedulian lingkungan hidup bagi siswa sejak dini. Bagi sekolah-sekolah yang mampu mendapat penghargaan ke tingkat nasional dan mandiri, ujar Samsuri, juga akan mendapatkan reward atau penghargaan dari Bupati Sragen.

Pada tahun ini saja, sebut dia, pemkab mengucurkan dana sampai Rp400 juta untuk sekolah yang mampu menjadi sekolah adiwiyata nasional atau mandiri.

Apa Yang Diubah?

“Menjadi sekolah adiwiyata itu akan mengubah tata letak ruang, kebersihan lingkungan, pengolahan sampah, penghijauan, sehingga akhirnya sekolah menjadi nyaman dan asri. Kondisi lingkungan sekolah yang seperti itu tentu disenangi masyarakat dan bagi siswa yang belajar juga nyaman. Harapannya bisa linier dengan prestasi akademik,” harap Samsuri.

Samsuri meminta untuk mewujudkan sekolah adiwiyata se-Kabupaten Sragen itulah dibutuhkan dorongan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) dan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sragen. Dia meminta para kepala sekolah mulai menginventarisasi potensi yang dimiliki, mulai dari jumlah guru/karyawan, siswa, orangtua siswa, dan alumni. Dia mengatakan potensi tersebut bisa diberdayakan untuk bersama-sama mewujudkan sekolah tersebut sebgai lembaga pendidikan lebih ideal.

Habis Goblin, Kini Lee Dong-Wook Jadi Gominho

Kepala SMPN 1 Gesi, Sragen, Marsono, saat berbincang dengan Solopos.com mengaku mendapat amanah dari Bupati Sragen untuk menjadikan SMPN 1 Gesi sebagai sekolah adiwiyata tingkat nasional. Marsono mendapat amanah berat itu karena sudah terbukti mampu mengantarkan SMPN 1 Miri mendapatkan penghargaan tingkat nasional (2017) dan mandiri (2019).

Sebelumnya, saat menjabat sebagai Kepala SMPN 2 Miri juga bisa mengantarkan sekolah itu menjadi lembaga pendidikan berstatus adiwiyata tingkat Jateng pada 2016.

“Sekarang saya ditugaskan untuk mengangkat SMPN 1 Gesi yang sekarang menjadi binaan SMPN 2 Karangmalang. Kendala utama kami itu terletak pada masalah air karena berada di utara Bengawan Solo. Kalau mengandalkan air dari PDAM [Perusahaan Daerah Air minum] mahal maka kami membangun sumur dalam pada 2020 ini dengan menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS),” jelasnya.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya