SOLOPOS.COM - Buruh tani memanggul padi saat panen raya di areal persawahan Desa Kedungori, Dempet, Demak, Jateng, Jumat (26/1/2018). (Antara - Aji Styawan)

Solopos.com, SOLO -- Indonesia diakui telah melakukan langkah maju dalam membangun sektor ekonomi. Namun di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia masih dibayangi tingginya jumlah penduduk yang rentan kelaparan.

Hal itu terungkap dalam laporan Asian Development Bank (ADB) bekerja sama dengan International Food Policy Research Institute (IFPRI). Salah satu masalah utama yang terpapar dalam laporan tersebut adalah adanya 22 juta orang di Indonesia yang menderita kelaparan selama periode 2016-2018.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Meski ekonomi terus tumbuh, peran sektor pertanian justru terus turun dan digantikan oleh industri serta jasa. Masalahnya, sebagian masyarakat petani tradisional terjebak dalam pendapatan yang rendah dan pertanian menjadi tidak produktif.

"Kebanyakan mereka tidak memiliki cukup makanan dan anak-anak mereka mengalami stunting yang membuat mereka terjebak dalam lingkaran setan selama beberapa generasi," tulis laporan yang dirilis pada Oktober 2019 tersebut.

Minta Maaf, Menag Diserang Tagar #CadarRadikalRokMiniReadyCall

Laporan itu juga menyoroti angka kemiskinan Indonesia yang masih tinggi, bahkan dengan standar ASEAN sekalipun. Laporan itu mengutip data yang menyebutkan hampir 26 juta orang (9,8%) hidup di bawah garis kemiskinan pada Maret 2018.

Sebanyak 4,6 juta anak mengalami kurang gizi dan 20,7 orang (8,3% penduduk Indonesia) terancam kelaparan pada 2015. Angka warga miskin yang terancam kelaparan tersebut jauh lebih rendah daripada data pada 2000 yang mencapai lebih dari 42 juta orang.

"Namun perlu upaya lebih untuk mengurangi angka kelaparan [di Indonesia]," sebut laporan tersebut. Salah satu penyebab masih tingginya angka kelaparan disebabkan turunnya sektor pertanian yang menurun sejak 1975.

Turunnya Pertanian

Hingga kini pertanian masih memegang peran yang besar dalam ekonomi Indonesia meski sumbangan ke produk domestik bruto (PDB) kian mengecil. Pada 1975, sektor pertanian menyumbang 30% PDB. Angka tersebut turun signifikan menjadi 23% pada 1985, lalu menjadi 15,2% pada 2010, dan hanya 13,1% pada 2017.

Komunitas Cadar Sebut Cinta NKRI, Nyanyi Indonesia Raya Oke

Hal ini seiring dengan penurunan signifikan jumlah tenaga kerja sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 1975, 62% penduduk bekerja di sektor pertanian. Jumlah itu anjlok menjadi 42,5% pada 1995, lalu turun 39% pada 2010, dan 29,7% pada 2017.

"Penurunan yang lebih lambat jumlah tenaga kerja sektor pertanian mengindikasikan mereka sulit diterima bekerja di sektor di luar pertanian. Sektor jasa membutuhkan sedikit tenaga kerja, sedangkan sumbangsih pertanian ke PDB mengecil. Dampaknya adalah para petani dan warga perdesaan yang menjadi pengangguran," jelas laporan itu.

Meski demikian, ketersediaan dan produksi pangan cenderung meningkat. Masalahnya, tidak semua lapisan masyarakat memiliki akses yang sama terhadap pangan. Lagi-lagi kemiskinan dan ketimpangan menjadi penyebabnya.

Ini 4 Kriteria Kaum Radikal Versi BNPT

"Indonesia peringkat 65 dari 113 negara dalam Global Food Security Index (GFSI) yang dirilis the Economist Intelligence Unit (The Economist 2018)."

Dalam daftar itu, peringkat Indonesia lebih rendah daripada beberapa negara di ASEAN seperti Singapore (1), Malaysia (40), Thailand (50), dan Vietnam
(62).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya