SOLOPOS.COM - Ilustrasi melihat bulan. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Pada Sabtu (3/6/2023) terjadi full moon yang bisa disaksikan di Indonesia, lalu adakah efeknya pada kesehatan dan perilaku manusia? Simak ulasannya di info sehat kali ini.

Selama berabad-abad, bulan dan pengaruhnya terhadap perilaku manusia telah menjadi pusat mitologi dan cerita rakyat di seluruh dunia. Kata “kegilaan” berasal dari abad ke-15 ketika diyakini bahwa bulan dan fase-fasenya dapat membuat orang menjadi lebih atau kurang agresif, bergantung pada tempatnya dalam siklus bulan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam beberapa kebudayaan, bulan dipuja dan disembah karena tempatnya di antara bintang-bintang. Tapi kemudian, tentu saja, ada cerita-cerita kecil yang bernada lebih gelap,  kisah menghantui tentang manusia serigala yang transformasinya bergantung pada bulan purnama.

Ekspedisi Mudik 2024

Jika mengesampingkan mitos lama tentang bulan, apakah ada efek full moon ini pada manusia? Dikutip dari verywellmind.com pada Sabtu (3/6/2023), psikolog Susan Albers, PsyD, memandu kita melalui beberapa penelitian yang telah dilakukan pada siklus bulan  dan mengapa kita hanya mengubah perilaku kita berdasarkan alasan psikologis independen.

Aristoteles dan Pliny the Elder percaya bahwa karena otak lembab, otak dapat terpengaruh dengan cara yang sama seperti air di Bumi dipengaruhi oleh bulan. Mereka percaya bulan memiliki kekuatan untuk menyebabkan kegilaan, epilepsi, atau serangan kegilaan.1

Bahkan beberapa pemikir modern mempermainkan ide ini. Psikiater Arnold Lieber, MD, menggali lebih dalam keyakinan ini dengan bukunya, The Lunar Effect: Biological Tides and Human Emotions, yang ditulis pada 1978.  Lieber mengemukakan bahwa karena tubuh manusia terdiri dari sekitar 70% air, manusia mengalami pergeseran pasang surut yang disebabkan oleh fase bulan, seperti halnya lautan di Bumi. Dia menulis bahwa di bawah bulan purnama, terjadinya pembunuhan, bunuh diri, penyerangan yang parah, keadaan darurat kejiwaan, dan kecelakaan mobil yang fatal meningkat secara dramatis.2

Meskipun teori tersebut tampak masuk akal pada pandangan pertama, namun dengan cepat ditolak oleh para ahli. Sebuah studi menurunkan teori Lieber secara khusus, dengan alasan bahwa tarikan gravitasi bumi 5.012 kali lebih kuat daripada tarikan bulan, yang tarikannya tidak lebih dari berat seekor kutu.3 Bulan mungkin mengatur pasang surut badan air yang besar dan terbuka, tetapi pikirkan efeknya pada segelas air atau bak mandi, apalagi air yang menyusun tubuh manusia.

Apakah full moon memiliki efek yang tidak terlihat pada perilaku manusia atau tidak, ada sesuatu yang bisa dikatakan tentang cara sadar manusia berperilaku sejalan dengan siklus bulan. Dikutip dari accuweather.com, Sabtu, sebuah publikasi di Layanan Referensi Peradilan Pidana Nasional berjudul efek bulan – pasang surut biologis dan emosi manusia, menunjukkan analisis data yang luas tentang perilaku manusia. Astronomi bulan secara akurat menunjukkan bahwa represi pengaruh gravitasi bulan membawa ketegangan sosial, ketidakharmonisan, dan hasil yang aneh.

Studi lain melihat data selama periode 5 tahun dari catatan polisi di Florida, yang menunjukkan peningkatan kasus pembunuhan dan penyerangan di sekitar bulan purnama.

Sebuah penelitian secara definitif menunjukkan bahwa fase bulan memengaruhi tidur manusia.  Di sebagian besar studi tidur, peserta penelitian tidak mengetahui fase bulan atau isyarat waktu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya