SOLOPOS.COM - Sejumlah warga beraktivitas di pintu masuk Pasar Janglot yang dikelola Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sragen yang terletak di wilayah Desa Katelan, Kecamatan Tangen, Sragen, Minggu (5/7/2020). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN - Baru-baru ini warga di wilayah Kecamatan Mondokan, Sragen, dihebohkan dengan temuan dua buah patung mirip jenglot di seputaran Bendung Buntit, Desa Pare, Kecamatan Mondokan, Sragen pekan lalu. Menariknya, ada sebuah pasar bernama Janglot di Sragen.

Janglot ternyata nama sebuah dukuh di Kecamatan Tangen, Sragen. Nama Janglot itu juga digunakan sebagai nama pasar di Kota Kecamatan Tangen, yakni Pasar Janglot.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Nama Janglat atau ejaan lama Djanglot ternyata sudah muncul pada peta buatan Belanda pada tahun 1920-an. Seorang penjual jamu tradisional yang membuka kios di sebelah timur Pasar Janglot, Yohanes Soetomo, 72, merupakan orang tua yang cukup mengerti tentang sejarah pasar itu.

Sejarah Bakso Wonogiri hingga Moncer ke Pelosok Negeri

Pensiunan pengawas sekolah itu masih ingat awalnya Pasar Janglot terletak di sebalah timur Lapangan Tangen yang kini menjadi Alun-alun Sentono Tangen. Pada tahun 1948, Belanda mengebom wilayah Tangen.

“Pengeboman Belanda itu dikenal warga Tangen sebagai peristiwa Ampalan. Pengeboman itu dilakukan dari markas Belanda di Gondang,” kata Soetomo saat berbincang dengan Solopos.com di depot jamunya, Minggu (5/7/2020).

Pada Agustus 2019, warga di timur Alun-alun Tangen itu sempat menemukan mortar yang masih aktif. Mortir itu diduga sebagai sisa-sisa pengebomam Pasar Janglot pada 1948. Setelah peristiwa itu, Soetomo melanjutkan pasar dipindah ke sebelah barat Jembatan Broemel, Dukuh Bugel, Desa Dukuh, Tangen. Nama jembatan itu diambil dari nama pejabat Belanda setingkat dengan camat bernama Van Broemel.

“Kemudian pada tahun 1951, Pasar Janglot itu dipindah lagi ke sebelah barat simpang empat Tangen yang sekarang ada sisa bangunan kios yang mangkrak itu. Kemudian pada 1992, oleh Bupati R. Bawono dipindah ke lokasi yang sekarang. Kalau nama Janglot itu apa, saya tidak mengetahui secara pasti,” ujarnya.

Luas

Dia menyampaikan dulu Dukuh Janglot itu luas dari simpang empat Tangen sampai Alun-alun Tangen. Sekarang Dukuh Janglot tinggal satu RT, yakni RT 001 karena RT 006 lebih memilih menggunakan nama Dukuh Gilis. Nama Gilis itu diambil dari cerita dua orang telik sandi Pangeran Mangkubumi yang mengintai di wilayah itu.

“Setelah mendapat informasi tentang Belanda, salah satu telik sandi itu meminta temannya segera melapor ke Pangeran Mangkubumi dengan bahasa jawa gelis-gelis kemudian istilah itu menjadi nama Dukuh Gilis. Dua telik sandi itu akhirnya salah paham dan perang hingga akhirnya keduanya meninggal dan dimakamkan di tempat itu. Lokasi seputar makam itu dikenal dengan sebutan Sentana karena dua makam itu dianggap sebagai sentana Pangeran Mangkubumi,” terangnya.

2 Benda Mirip Jenglot di Mondokan Sragen Dirawat Warga, Gak Takut?

Dari penelusuran Internet, nama Janglot itu ternyata merupakan nama sebuah spesie pohon langka yang tumbuh di wilayah Jawa dengan nama latin Saccopetalum horsfieldii. Jenis pohon keras ini memiliki buah. Pohon jenis ini bisa ditemukan sekarang di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur dan wilayah Kebumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya