SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, SOLO -- Jumlah investor pasar saham Soloraya justru melejit selama masa pandemi Covid-19. Peningkatan tersebut lantaran masyarakat kian paham cara berinvestasi pada pasar modal.

Hal ini juga karena dukungan kemudahan akses bertransaksi pada pasar modal secara daring atau online. Kenaikan jumlah investor ini melampaui rata-rata growth bulanan dari ratusan menjadi seribuan investor baru.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bahkan, pada November 2020 ada tambahan sebanyak 2.171 investor baru. Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Tengah II, Wira Adibrata, mengatakan masyarakat semakin paham momentum sehingga mereka beramai-ramai berinvestasi pada pasar modal.

Hilang Kendali, Mobil Pajero Berpenumpang 6 Orang Terguling Di Tol Boyolali

Menurutnya, akses untuk menjangkau seluk-beluk pasar saham bagi warga Soloraya yang semakin mudah juga turut memengaruhi kenaikan tersebut.

“Pada pandemi ini banyak di rumah. Jadi mereka mempunyai banyak waktu mengeksplorasi pasar modal baik melalui media sosial atau channel daring lainnya. Apalagi dengan banyaknya sekuritas yang sudah online memudahkan masyarakat,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (27/12/2020).

Pertumbuhan Investor

Wira menjelaskan jumlah investor pasar modal mulai melejit sejak Juni 2020, yakni tambah 760 investor baru. Setelah itu Juli 2020 tambah 824 investor dan Agustus 2020 ada 753 investor baru.

Uji Coba Flyover Purwosari Solo Berakhir, Kendaraan Nonmotor Jadi Bahan Evaluasi

Sedangkan tiga bulan terakhir pertumbuhan investor baru pasar saham Soloraya  lebih dari 1.000 orang per bulan, yakni September 2020 ada 1.737 orang. Oktober 2020 ada 1.210 orang dan November 2020 tembus 2.171 investor baru.

Menurutnya, pertumbuhan jumlah investor ini berbanding lurus dengan kenaikan nilai transaksi pasar saham. Misalnya, sebelum pandemi nilai investasi sekitar Rp800-an miliar. Angka ini naik tajam menjadi lebih dari Rp2 triliun sejak Maret 2020.

Misalnya, pada Juli 2020 nilai transaksi mencapai Rp1,68 triliun, lalu pada Agustus 2020 melejit menjadi Rp2,443 triliun, dan September 2020 senilai Rp2,473 triliun.

Covid-19 Solo Tambah 276 Kasus Dalam 4 Hari, 21 Orang Meninggal

Sedangkan pada Oktober 2020 nilai transaksi pasar modal Soloraya turun menjadi Rp1,39 triliun. Namun demikian, pada November nilai transaksi kembali melejit pada angka Rp2,692 triliun.

Nilai Transaksi

BEI Jateng mencatat total penambahan investor pada 2020 ini sebanyak 9.091 investor baru hingga November 2020. Capaian ini melebihi targetnya pada 2020 sebanyak 7.500 investor. Kini total investor lingkup BEI Jateng II sebanyak 37.078 orang hingga November 2020.

Sebelumnya pada 2019 ada sebanyak 27.987 investor. “Jumlah investor memberikan dampak pada nilai transaksi yang cukup besar. Ini menunjukkan kebangkitan investor retail Indonesia. Ini bukan investor lama, tapi baru. Dari segi usia, investor muda berkontribusi sekitar 40%-50% dari total investor,” imbuh nya.

Diantar Jaga Tangga, 3 Pemudik Jalani Karantina Di Solo Technopark

Sementara itu, salah satu investor pasar saham Soloraya, Yuni, mengaku untuk ivestasi jangka panjang, ia membeli emiten perbankan BUMN, seperti BBRI, BBNI, dan BMRI.

“Saya cenderung ke blue chip, jadi main aman saja, enggak agresif. Saya juga enggak berani pilih saham gorengan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya