SOLOPOS.COM - Musisi Jazz asal Amerika, Jerry Palegrino unjuk kebolehan saat Ngayogjazz 2013 "rukun agawe ngejazz" di Desa Wisata Sidoakur, Sidokarto, Godean, SLeman, Sabtu (16/11/2013). Desa wisata diharapkan ikut mendongkrak pariwsata Sleman. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Ngayogjazz 2017 tak sekadar hiburan belaka.

Harianjogja.com, SLEMAN–Ngayogjazz kembali digelar tahun ini. Mengambil tempat di sebuah desa di Sleman, helatan panggung musik jazz yang kerap menyedot ribuan pengunjung ini punya misi tak sekadar hiburan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Djaduk Ferianto selaku pegiat Ngayogjazz yang juga merupakan aktor, sutradara dan musikus mengatakan, selama 11 tahun ini Ngayogjazz terus mempertahankan karakternya. Ngayogjazz memiliki karakter yang berusaha mengisi jagat seni musik dengan melibatkan elemen masyarakat baik pemilik venue, pengisi acara, masyarakat umum maupun media.

Menurutnya, Ngayogjazz tak hanya sekadar hiburan belaka. Ada tujuan mulia di balik acara ini. Tujuannya untuk membangun desa dan komponen masyarakatnya. Untuk membangun desa, Ngayogjazz selalu konsisten menampilkan jazz di alam terbuka untuk menampilkan keindahan desa.

Untuk memberdayakan masyarakat, menurut Djaduk ada satu model pembangunan masyarakat. Terutama pada ekonomi masyarakat. Acara ini berlangsung dari pukul 10 pagi sampai 10 malam. Sehingga harapannya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat meskipun hanya berlangsung sehari saja.

Acara ini akan digelar di Dusun Kledokan, Selomartani, Kalasan, Sleman pada Sabtu (18/11/2017) mendatang. Pihaknya mengatakan, telah melakukan survei ke berbagai tempat sejak Januari 2017 hingga akhirnya terpilihlah dusun Kledokan RW 02.

“Masyarakat di sana sangat sadar betul akan aset yang mereka miliki. Di situ juga ada petilasan monumen pelataran yang punya nilai historis dalam kelas kedua di Jogja”, jelas dia saat ditemui dalam konferensi pers Ngayogjazz di Innside Hotel, Maguwoharjo, Kamis (16/11/2017).

Kampung semacam itu perlu diperhatikan karena memiliki karakter yang berbeda. “Mereka mengelola aset mereka sendiri menjadi wisata, bukan diciptakan oleh pemerintah. Mereka sadar betul dengan kemampuannya, dan anak-anak muda di sana juga luar biasa”, tambahnya.

Ngayogjazz lebih jauh ingin menunjukkan bahwa setiap desa memiliki karakter yang tidak bisa diseragamkan. “Melalui acara ini, kami bermaksud agar penyanyi-penyanyi dari kota dan tamu yang datang itu yang justru belajar dari desa. Kami bukan bermaksud mendidik orang desa untuk mengerti jazz”, imbuh dia.

Tema kali ini berbicara tentang perjuangan. Tagline yang diusung, Wani Ngejazz Luhur Wekasane. “Artinya, siapa yang berani ngejazz akan mendapat kemuliaan. Mereka antara lain baik pemusik, penonton, dan semua yg hadir disitu akan mendapat kemuliaan. Kemulian di sini adalah kemulian yang jujur, bukan kemuliaan yang dikejar-kejar”, tutur Djaduk.

Sampai saat ini, acara Ngayogjazz masih digratiskan. “Kami tekankan orientasi kami bukan profit”, tegasnya. Dalam penyelenggaraannya, mereka juga didukung oleh pemerintah daerah Jogja dalam hal pendanaan. Ini didapat dari potongan dana keistimewaan tahun lalu.

Seperti event-event sebelumnya, Ngayogjazz kerap menyedot kehadiran ribuan pengunjung yang hendak menikmati alunan musik jazz dari musisi ternama nasional maupun internasional. Istimewanya Ngayogjazz, event ini dapat disaksikan gratis tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam seperti event musik jazz lainnya yang lebih sering dinikmati kalangan menengah ke atas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya