SOLOPOS.COM - Sekar Kedhaton makam pinggir jalan di Pajang, Solo. (Instagram/@kanjengnuky)

Solopos.com, SOLO — Bukan hanya makam Mbah Precet, ternyata juga ada makam di pinggir jalan lainnya di Kota Solo, Jawa Tengah.

Makam ini berada di Tegal Kaputren, Pajang, Laweyan, Solo. Banyak orang sekitar menyebutnya sebagai Sekar Kedhaton dan dulunya adalah sebuah sumur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jika dilihat sekilas, bangunan ini tak menyerupai makam sama sekali. Hanya ditumbuhi pohon dan beraneka tanaman di atas makam tersebut. Banyak pula yang tak menyangka dulunya makam tersebut adalah sumur.

Baca Juga: Kapan SNMPTN 2022 Dibuka? Cek Sekarang, Jadwalnya Sudah Keluar Hlo!

Berdasarkan informasi yang Solopos.com peroleh dari unggahan pemerhati sejarah Kota Solo, KRMT L Nuky Mahendranata Nagoro atau biasa dikenal Kanjeng Nuky bersama akun Instagram @mlampahsolo, makam di pinggir jalan Pajang, Solo ini ternyata terkubur jasad putri cantik bernama Sekar Kedhaton.

Asal Mula Makam Pinggir Jalan di Pajang Solo Ada

Dikisahkan zaman dahulu, Raden Pabelan, pemuda tampan putra petinggi Kerajaan Pajang, Tumenggung Mayang, dikenal sebagai sosok yang suka bermain perempuan. Bahkan, Kanjeng Nuky mengatakan tak peduli perempuan tersebut sudah bersuami atau tidak, pasti akan menjadi incarannya.

“Sang ayah yang gusar atas kelakuan putranya menantang Pabelan untuk mendekati putri sang junjungan, yaitu Sultan Hadiwijaya yang bernama Sekar Kedhaton. Awalnya, Pabelan gentar juga tetapi bagi seorang Pabelan ini merupakan tantangan yang menarik. Lewat dayang yang pergi ke pasar, Pabelan menitipkan bunga dan surat rayuan lewat perantara dayang tersebut. Sang Putri yang tergoda dan mendengar berita ketampanan Pabelan mencari cara untuk mengundangnya masuk keputren,” ungkap dia.

Baca Juga: Kenapa Manusia Tak Bisa Mengingat Masa Bayi? Ternyata Ini Penyebabnya

Raden Pabelan akhirnya berhasil ke kaputren hingga masuk ke kamar Sekar Kedhaton. Akan tetapi, kedatangan Raden Pabelan ini tercium oleh anggota kerajaan. Sang raja memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Raden Pabelan.

“Awalnya Pabelan enggan untuk keluar, tetapi dengan janji akan dinikahkan dan tidak akan dihukum, Pabelan mau keluar dari dalam kamar sang putri. Begitu sampai di pelataran, tubuh Raden Pabelan dihujami berbagai senjata tamtama dan tewaslah Pabelan dan tubuhnya dibuang di sungai Laweyan (nantinya “nyangkrah” di desa Sala dan jenazah tersebut disebut Kyai Bathang),” tambah dia.

Baca Juga:  Beda dari yang Lain, Ada Tengkleng Kering Khas Sukoharjo

Sekar Kedhaton, empunya makam pinggir jalan di Pajang, Solo itu tak menerima kekasihnya meninggal dunia dengan mengenaskan. Ia akhirnya memilih mengakhiri hidupnya dengan masuk ke dalam sumr kaputren.

“Mengetahui hal itu Sultan Hadiwijaya merasa terpukul, namun dia juga harus adil dalam menjatuhkan hukuman pada sang putri yang dipandang melakukan kesalahan besar. Sebagai hukuman, tubuh Sekar Kedhaton tidak diangkat dari dalam sumur dan menjadikan sumur tersebut sebagai rumah abadi sang Sekar Kedhaton. Taburan bunga setaman pun diberikan sebagai tanda bahwa sumur itu sekaligus makam sang putri. Sebatang pohon Kamboja di keputren menjadi penanda cinta sang Sekar Kedhaton yang berakhir tragis,” tambah dia.

Baca Juga: Kerap Ada di Pinggir Jalan Solo, Ini Arti Makna Marka Kuning Zigzag

Menurut keterangan Kanjeng Nuky, sumur yang berisi jenazah Sekar Kedhaton ini ditimbun dan kini menjadi makam seperti saat ini. “Sumur yang berisi jenazah ditimbun, di situ dulu letaknya. Seperti cerita di atas,” jelas Kanjeng Nuky.

Baca Juga:  Gibran Dijuluki Anak Gaul 2010-an, Ternyata Ini Penyebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya