SOLOPOS.COM - Makam Mbah Sayyidiman di Waduk Mulur, Bendosari, Sukoharjo. (capture video Youtube @Lintas Batas Dimensi)

Solopos.com, SUKOHARJO — Di tengah-tengah Waduk Mulur yang berlokasi di Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, terdapat makam keramat yang banyak didatangi oleh para peziarah. Makam itu adalah makam Mbah Sayyidiman atau Sayyid Iman yang menurut kisahnya merupakan pengikut Pangeran Diponegoro.

Berdasarkan catatan Solopos.com, di balik indahnya panorama alam Waduk Mulur Sukoharjo, terdapat cerita sejarah yang cukup menarik terkait keberadaan makam tersebut. Konon, nama Waduk Mulur berasal dari kata ulur yang dalam bahasa Jawa artinya berlanjut atau terus-menerus.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Cerita rakyat yang berkembang mengenai asal usul Waduk Mulur yang di tengahnya terdapat makam berkaitan erat dengan kisah peperangan Pangeran Diponegoro yang bergerilya melawan pasukan Kolonial Belanda.

Baca juga: Pemkab Sukoharjo Susun Ulang Masterplan Pengembangan Waduk Mulur

Waktu itu, Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya ditipu dan dipaksa menyerah oleh pasukan Belanda. Pangeran Diponegoro terpaksa menyerah di tengah-tengah peperangan karena pengikutnya ditangkap. Namun, Pangeran Diponegoro mengajukan syarat seluruh pengikutnya dilepaskan. Belanda pun mengabulkan permintaan Pangeran Diponegoro dan melepaskan ratusan pengikutnya.

Kemudian, Pangeran Diponegoro menyerahkan pusaka berupa sebilah keris kepada salah satu pengikut setianya bernama Iman Mukmin. Oleh warga setempat, Iman Mukmin juga dikenal sebagai Kyai Sayyid Iman yang diberi tugas khusus menyerahkan pusaka itu kepada Putri Serang atau R.A. Serang untuk melanjutkan perang gerilya melawan Belanda.

“Mereka melanjutkan perang gerilya melawan penjajah [Belanda] di sekitar Waduk Mulur. Pada zaman dahulu, Waduk Mulur berupa rawa-rawa yang dikelilingi pepohonan besar,” ujar sesepuh Desa Mulur, Tukimin, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (14/10/2016) lalu.

Baca juga: Kisah Petani Ikan di Waduk Mulur Sukoharjo Berburu Ikan Predator Berharga Jutaan

Mereka menghimpun kekuatan dengan mengajak pengikut Pangeran Diponegoro lainnya bertempur melawan Belanda. Peperangan sengit pecah selama berbulan-bulan. Tak sedikit warga setempat yang bergabung saat melancarkan strategi perang gerilya di medan peperangan. Tapi lambat laun, jumlah pengikut Pangeran Diponegoro yang berperang melawan Belanda berkurang. Mereka gugur dalam medan peperangan.

Gugur di Medan Pertempuran

Kyai Sayyid Iman terdesak dan bersembunyi di rawa-rawa dari kejaran pasukan Belanda. Sang kyai kemudian bersembunyi di balik pepohonan besar di rawa. Dia diburu pasukan Belanda karena sebagian besar pengikut Pangeran Diponegoro telah gugur.

Akhirnya, pasukan Belanda menemukan Kyai Sayyid Iman di tengah-tengah rawa. Dia akhirnya gugur di medan pertempuran. Makam Kyai Sayyid Iman berada di daratan kecil di tengah-tengah rawa yang kini berubah menjadi Waduk Mulur Sukoharjo.

Baca juga: Eceng Gondok Merajalela, Populasi Ikan di Waduk Mulur Sukoharjo Kian Sedikit

Salah seorang warga sekitar Waduk Mulur, Mujiman, 57, mengatakan makam Kyai Sayyid Iman kerap dikunjungi masyarakat untuk berziarah.

Sementara itu, pembangunan Waduk Mulur yang berjarak sekitar 7 kilometer dari Sukoharjo kota terjadi masa pemerintahan kolonial Belanda pada 1926. Saat ini, warga memanfaatkan waduk untuk membudidayakan ikan nila dalam keramba apung. Tak sedikit pula masyarakat Sukoharjo dan sekitarnya berkunjung ke waduk seluas 141 hektare itu untuk menikmati panorama alam baik saat hari biasa maupun hari libur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya