SOLOPOS.COM - Ilustrasi pilkades (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Solopos.com, WONOGIRI — Kemunculan calon boneka saat berlangsung pemilihan kepala desa (pilkades) dinilai hal yang lazim. Hal itu terjadi pula di pilkades serentak tahun 2022 di Wonogiri.

Ketua Perkumpulan Aparatur Perangkat Desa Seluruh Indonesia (Papdesi) Wonogiri, Purwanto, mengatakan kemunculan calon boneka memang hal lazim. Kadang-kadang justru calon boneka harus dihadirkan untuk memenuhi syarat agar pilkades tetap berjalan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Itu terjadi karena hingga hari terakhir pendaftaran pilkades tidak ada pendaftar lain. Akhirnya muncul calon boneka. Sekadar mendampingi petahana atau biar calonnya berjumlah dua orang. Kalau pas cari pendamping ini ya kadang-kadang hanya untuk formalitas,” kata Purwanto kepada Solopos.com, Rabu (16/11/2022).

Menurut Purwanto terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi keberadaan calon boneka. Alasan utamanya adalah figur kepemimpinan petahana yang dianggap baik selama menjadi pemimpin di desanya. Meski tak semuanya, fenomena itu lazim terjadi di Wonogiri.

“Sebagian memang menggunakan calon pendamping [boneka]. Jika selain petahana ada yang mendaftar lagi dan bukan untuk sekadar mendampingi petahana, maka kinerja petahana bisa dianggap kurang baik bagi sebagian warga,” imbuhnya.

Baca Juga: Pilkades Serentak di Wonogiri, Polisi Petakan Desa Rawan Konflik

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Wonogiri, Antonius Purnama Adi. Selain faktor kepemimpinan petahana yang dianggap baik, ada kecenderungan warga desa di Wonogiri yang memang tak berminat maju sebagai kepala desa. Anton beranggapan jabatan kades di Wonogiri tak terlalu menguntungkan dari segi ekonomi.

“Penghasilan tetapnya setiap bulan hanya Rp4,5 juta. Selebihnya bergantung pada pendapatan masing-masing desa. Bedanya dari daerah lain seperti Klaten atau Sragen, di sana tanahnya lebih subur. Sedangkan di Wonogiri tanahnya gersang. Kalau tanah bengkok dilelang harganya murah atau bahkan enggak laku,” kata Anton kepada Solopos.com, Selasa.

Sebelumnya, Camat Eromoko, Danang Erawanto, mengatakan dua cakades di wilayahnya, yakni Desa Baleharjo merupakan pasangan suami istri (pasutri). Sulino merupakan cakades petahana. Sedangkan Wijiatun merupakan istri sekaligus penantang Sulino di pilkades Baleharjo tahun ini. Keduanya tinggal di Dusun Prambe RT 002/RW 003, Desa Baleharjo.

“Mayoritas warga desa memang mendorong Sulino mendaftar lagi jadi Kades. Tapi tidak ada warga selain Sulino yang mendaftar sebagai lawan. Sedangkan berdasar peraturan, pilkades baru bisa berjalan minimal kalau sudah ada dua calon yang maju,” ucapnya, Selasa.

Baca Juga: Jabatan 3 Kepala Dinas di Wonogiri Kosong, Seleksi Terbuka Segera Digelar

Dikonfirmasi terpisah, Sulino mengakui dirinya sengaja meminta istrinya mendaftar sebagai cakades lantaran tak ada warga lain yang mendaftar. Ia menjelaskan, mulanya mendaftarkan diri sebagai cakades sekitar tiga hari sebelum penutupan tahap pendaftaran pilkades.

“Saya sudah daftar dan saya tunggu ternyata enggak ada yang daftar lagi. Jadi di hari terakhir pendaftaran, istri saya mendaftar sebagai cakades. Dalam peraturan, pilkades tidak bisa dijalankan hanya satu orang calon. Meski begitu, kami akan tetap melalui prosedur pilkades yang sudah dibuat,” kata Sulino, Selasa.

Di Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, cakades petahana desa setempat, Tarno akan ditantang saudaranya sendiri, Rini Puspitasari. Camat Bulukerto, Juariah, mengatakan bahwa Rini Puspitasari adalah adik kandung Tarno.

“Sehubungan dengan hari terakhir pendaftaran tidak ada cakades yang mendaftar sebagai penantang Tarno, adik kandung Pak Tarno yaitu Rini diminta mendaftar,” jelasnya, Selasa.

Baca Juga: Petahana Tak Maju Lagi, Wajah Baru Bermunculan di Pilkades Tawangrejo Wonogiri

Menurut Juariah, minimnya peminat warga Geneng menandingi Tarno lantaran kepemimpinannya selama menjadi Kades Geneng realtif bagus. Warga Geneng beranggapan belum ada calon lain yang lebih baik dari Tarno.

“Pak Tarno ini sudah menjadi Kades Geneng selama dua periode. Selama itu pula warga Geneng beranggapan bahwa kepemimpinan Pak Tarno bagus. Jadi diminta melanjutkan saja sampai periodenya berakhir. Setelah itu baru muncul kompetisi,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya