SOLOPOS.COM - Suasana pembelajaran di sebuah ruang kelas di Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Cemani, Grogol, Sukoharjo. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Suasana pembelajaran di sebuah ruang kelas di Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Cemani, Grogol, Sukoharjo. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

MELBOURNE – Pengamat terorisme Noor Huda Ismail menegaskan Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Sukoharjo tak bisa dikaitkan dengan adanya sejumlah alumninya yang terlibat aksi terorisme.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Noor Huda yang saat ini tengah berada di Melbourne, Australia, itu tidak memungkiri ada beberapa alumni Ponpes Ngruki terlibat dalam aksi terorisme, tetapi tidak bisa dikait-kaitkan dengan pembelajaran di Ponpes itu. Menurut dia, sebenarnya tidak ada masalah dengan kurikulum pendidikan yang diterapkan di Ponpes tersebut karena memang tidak mengajarkan tentang terorisme.

Ekspedisi Mudik 2024

Jika ada yang terlibat terorisme adalah pengembangan sendiri dari masing-masing alumnus, tambahnya. Pengusaha kuliner yang juga alumnus Ngruki itu menjelaskan bahwa adanya alumni yang terlibat aksi terorisme disebabkan tiga hal, yakni persaudaraan (kinship), pertemanan (friendship), dan guru-murid (discipleship).

Persaudaraan, kata dia, mungkin ada alumni terlibat karena diajak saudara, orang tua, dan sebagainya, kemudian pertemanan karena diajak oleh teman-temannya, dan ketiga karena adanya hubungan guru dan murid. Untuk aspek discipleship, ia menilai kemungkinan ada santri yang tertarik dengan argumen gurunya kemudian melakukan pengembangan sendiri, tetapi kurikulum pendidikan yang diterapkan memang tidak mengajarkan itu.

“Dari Kementerian Agama kan juga sudah mengirim orang untuk turun ke sana (Ponpes Ngruki, red.) dan temuan mereka memang tidak ada apa-apa. Tidak ada masalah sama sekali dengan pembelajaran yang diterapkan,” katanya.

Ia menambahkan alumnus yang terlibat aksi terorisme biasanya memang pernah ikut bergabung dalam konflik-konflik di berbagai wilayah, seperti di Afganistan, Filipina, kemudian konflik Ambon dan Poso di Indonesia. Karena itu, ia mengungkapkan bahwa keterlibatan sejumlah alumni Ngruki dalam aksi terorisme bergantung pengembangan dari masing-masing pribadi, tidak bisa disangkut-pautkan dengan proses pembelajaran di Ponpes tersebut.

Ditambahkannya, para alumnus Al Mukmin saat ini tersebar di berbagai profesi, mulai wirausaha hingga perbankan. “Ada yang jadi pejabat di bank, ada yang kerja di pemerintahan, wartawan, kepala rumah sakit (RS), badan usaha milik negara (BUMN). Ada juga yang anggota dewan,” katanya.

Noor Huda sendiri memilih bisnis kuliner, salah satunya membuka warung bistik di Semarang sejak 2009, dengan memberdayakan para mantan narapidana kasus terorisme untuk memfasilitasi mereka kembali di tengah masyarakat. “Alasan terjun di bisnis kuliner karena saya memang senang makan,” kata mantan jurnalis Washington Post yang juga lulusan program S2 International Security, St Andrews University, Skotlandia, itu sembari tertawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya