SOLOPOS.COM - Warga Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang menunjukkan alpukat hasil panen di lahan mereka, Sabtu (3/12/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENDesa Sidorejo, Kecamatan Kemalang merintis kampung alpukat. Jenis pohon alpukat yang ditanam merupakan alpukat dengan ukuran buah jumbo.

Jenis pohon alpukat yang ditanam petani di lereng Gunung Merapi tersebut di antaranya alpukat hana dan alpukat aligator. Satu buah alpukat memiliki bobot minimal 1 kg atau tiga kali lipat lebih besar dibandingkan jenis alpukat biasa. Daging buah berwarna kuning dengan cita rasa pulen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki Desa Sidorejo, Sriyanto, mengatakan petani mulai menanam alpukat dengan buah berukuran jumbo itu sejak 2017. Bibit pohon didapatkan petani dari luar wilayah Sidorejo.

“Saat ini ada sekitar 30 petani. Jenis pohon rata-rata alpukat hana. Berat buahnya itu satu buah minimal 1 kg. Kalau alpukat biasa itu tiga sampai empat biji beratnya baru 1 kg,” kata Sriyanto saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (9/12/2022).

Sriyanto mengatakan sekitar 1.500 pohon alpukat ditanam petani di Sidorejo. Ada yang tanam 10 pohon ada yang tanam hingga 100 pohon. Rata-rata pohon alpukat ditanam di pinggir tegalan yang ditanami aneka sayuran.

Baca Juga: Daya Tarik Deles Indah Klaten, dari Camping Ground hingga Wisata Edukasi

“Berhubung di sini ada potensi alpukat, ini mulai dirintis menjadi kampung alpukat,” kata Sriyanto.

Ketua RT 016/RW 006, Dukuh Karang, Desa Sidorejo sekaligus petani alpukat, Jack Jenarto, mengatakan warga di wilayah RW 006 menjadi percontohan pengembangan kampung alpukat. Sejak dua tahun lalu, warga didukung Pemerintah Desa Sidorejo mulai tanam alpukat dengan jenis pohon yang ditanam di antaranya alpukat aligator dan hana dengan ukuran buah jumbo.

Setiap keluarga di RW tersebut yang terdiri dari 200 keluarga menanam pohon alpukat. Pilihan warga menanam alpukat terutama jenis alpukat dengan buah jumbo lantaran hasil yang diperoleh lebih menguntungkan dan perawatannya mudah.

“Mayoritas yang sekarang sudah panen itu yang ditanam warga dan sehari-hari bekerja sebagai penambang pasir di Kali Woro [penambang tradisional]. Sehingga tidak terlalu banyak perawatan seperti jenis tanaman lain seperti hortikultura. Untuk perawatan alpukat dilakukan ketika pemupukan dan penyemprotan hama saja,” kata Jack.

Baca Juga: Seru! Turis Lokal & Asing Antusias Kunjungi Pekan Budaya Jalin Merapi di Klaten

Soal harga, Jack menjelaskan saat ini harga alpukat berukuran jumbo itu Rp15.000 per kg. Harga alpukat tersebut pernah melambung hingga Rp40.000 per kg.

Hanya, budi daya alpukat saat ini terkendala dengan satwa liar yang ada di kawasan lereng Gunung Merapi itu yakni kera ekor panjang. Kera saat ini mulai menyukai alpukat dan mengambil buah yang sudah berukuran dan siap panen. Beberapa buah kerap diambil kera dan disimpan ditunggu hingga masak.

“Soalnya kera sekarang mulai doyan alpukat, kemarin ada yang memilih dipanen lebih awal,” kata Jack.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya