SOLOPOS.COM - ilustrasi (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Sepanjang tahun ini ada penambahan 200.000 kendaraan berpelat AD wilayah Solo.

Solopos.com, SOLO — Ancaman kemacetan lalu lintas kian meningkat di Kota Bengawan. Hal itu bisa dilihat dari meningkatnya jumlah kendaraan baru berpelat AD wilayah Solo sepanjang 2017 ini.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Merujuk data tahun ini, jumlah kepemilikan kendaraan berpelat AD wilayah Solo meningkat lebih dari 200.000 unit dibanding tahun lalu. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Solo Hari Prihatno mengakui ada tren peningkatan volume kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, di Kota Solo dalam beberapa tahun terakhir.

“Saat ini data dari Samsat jumlah kendaraan berpelat AD Solo ada 747.695 unit. Padahal tahun lalu hanya 500.000-an unit. Artinya ada peningkatkan 200.000 unit lebih kendaraan di Solo sepanjang tahun ini,” kata Hari ketika dijumpai wartawan, Kamis (14/12/2017). (Baca: Fasilitas Feeder BST Makin Lengkap Berharap Masyarakat Terpikat)

Pertumbuhan jumlah kendaraan paling banyak didominasi kendaraan pribadi. Sepeda motor menduduki peringkat pertama disusul mobil pribadi. Kemudahan masyarakat mendapatkan kendaraan bermotor dinilai menjadi penyebab meningkatnya jumlah kepemilikan kendaraan.

Hari menggambarkan hanya dengan membayar down payment (DP) Rp500.000 masyarakat bisa mendapatkan sepeda motor baru. Kekurangan biaya akan dibayarkan secara kredit. Bahkan ada juga diler yang mematok uang muka di bawah Rp 500.000.

Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Belum lagi ditambah beroperasinya transportasi berbasis online (daring) yang juga menyumbang peningkatan jumlah kendaraan di Solo.

Sebaliknya, kenaikan kendaraan umum relatif kecil dan bahkan cenderung stagnan. Tingginya pertumbuhan kendaraan tak pelak menyebabkan kepadatan lalu lintas di sejumlah ruas jalan.

Beberapa di antaranya dipetakan di kawasan Purwosari, Manahan, Pasar Nongko, Balapan, perempatan Faroka, perempatan Fajar Indah, Kerten, dan Panggung Jebres. Lokasi kepadatan terjadi di kawasan sekitar perlintasan kereta api (KA). (Baca: Sebagian BST Koridor I akan Dijadikan Bus Sekolah)

“Persimpangan dalam kota juga padat saat jam-jam tertentu seperti jam sekolah dan pulang sekolah atau kerja,” katanya.

Hari mengakui sulit untuk menekan pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Solo. Dishub hanya melakukan berbagai upaya untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dengan menerapkan manajemen rekayasa lalu lintas.

Selain itu mengimbau agar masyarakat untuk menggunakan moda transportasi massal. “Kami terus melakukan pembenahan transportasi massal. Termasuk perbaikan jalur dan layanan,” kata dia.

Pemkot Solo juga tidak bisa menghambat pertumbuhan jumlah kendaraan sebab kebijakan untuk menghentikan produksi dan distribusi kendaraan merupakan wewenang pemerintah pusat. Yang dapat dilakukan Pemkot, kata Hari, hanya melakukan edukasi agar warga taat dan patuh saat berkendara.

Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo yang akrab disapa Rudy sebelumnya mewacanakan mengalihfungsikan sebagian bus Batik Solo Trans (BST) sebagai armada bus sekolah untuk mengakomodasi pelajar di Kota Bengawan. Pengalihfungsian untuk transportasi sekolah tersebut dinilai sangat masuk akal.

Hal ini sesuai dengan tugas pemerintah untuk melayani masyarakat, salah satunya di bidang transportasi. Namun, Rudy belum bisa memastikan kapan bus sekolah mulai dioperasikan di Solo.

“Kita tunggu dulu kajian dari Dishub seperti apa, baru bus sekolah direalisasikan,” kata Rudy.

Rudy menyampaikan Pemkot akan terus mengupayakan pengadaan bus sekolah untuk para pelajar dan mahasiswa. Tujuannya para pelajar mengurangi penggunaan kendaraan pribadi untuk ke sekolah.

Selain itu pengadaan bus sekolah maupun operasionalnya ke depan harus tidak boleh membebani sekolah. Menurutnya, sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakan transportasi umum bagi para pelajar.

“Ini solusi yang kami upayakan menjadi solusi terbaik bagi masyarakat di antaranya demi keselamatan di jalan, dan demi kesehatan,” katanya.

Saat ini dia menilai kepadatan lalu lintas mulai tampak di berbagai sudut Kota Bengawan. Khususnya di kawasan sekolah-sekolah saat jam masuk dan pulang siswa. “Jadi memang perlu ada bus sekolah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya