SOLOPOS.COM - Sejumlah nelayan sedang berusaha menyelamatkan kapal agar tidak terseret arus di Pantai Baron, Desa Kemadang, Tanjungsari. Akibat adanya gelombang tinggi berdampak terhadap kerusakan kapal dan tempat berjualan milik pedagang. Selasa (24/5/2016). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Abrasi Pantai Selatan sementara waktu belum membahayakan manusia.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Seluruh kawasan pantai di pesisir Gunungkidul berpotensi terjadi abrasi. Namun, hingga saat ini tingkat kerawanannya masih rendah karena belum mengganggu aktivitas masyarakat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Koordinator SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul Marjono mengatakan, sepanjang pantai mulai dari Poktunggal hingga Gesing, terdapat tiga titik yang mengalami ancaman tertinggi, yakni Pantai Somadeng (Tepus, Kecamatan Tepus), Krakal (Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari) dan Baron (Kemadang, Kecamatan Tanjungsari). Untuk Somadeng dan Krakal, sambung dia, terjadinya abrasi tidak lepas karena hilangnya pohon-pohon perindang di sekitar pantai. Akibatnya abrasi tidak hanya berasal dari laut karena aliran air hujan juga mengikis tanah di kawasan pantai.

“Berhubung saluran pembuangan belum baik, maka potensi tanah yang terkisis semakin tinggi. Beruntung warga di sana sering bekerja bakti sehingga gerusan tanah tidak semakin parah,” kata Marjono kepada Harianjogja.com, Minggu (25/9/2016).

Hal yang sama juga terjadi di Pantai Baron. Menurut dia, ancaman abrasi merupakan gabungan dari aliran air dari sungai bawah tanah dan ombak dari laut. Dua faktor ini seringkali membuat alur sungai bawah berubah-ubah dalam rentang waktu tertentu.

“Kalau abrasinya belum begitu bahaya. Namun masalah baru akan muncul saat aliran sungai menuju ke timur,” ungkapnya.

Dijelaskannya, saat sungai mengalir ke timur maka patut diwaspadai karena hal itu bisa memicu terjadinya kecelakaan laut, terutama bagi wisatawan yang tidak bisa berenang.

“Kalau sudah mengalir ke timur biasanya akan dibarengi munculnya gundukan pasir yang menyerupai pulau karena terpisah oleh aliran  sungai,” ungkapnya.

Jika sudah demikian, lanjut Marjono, wisatawan menjadi tertarik untuk melakukan penyeberangan. Hal inilah yang menjadi bahaya karena disamping arus yang begitu kuat, terkadang kedalamannya bisa mencapai tiga meter.

“Ya kalau tidak hati-hati bisa hanyut,” katanya.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul, Sutaryono. Menurut dia, kerawanan abrasi khususnya di Pantai Baron bukan karena mengganggu aktivitas masyarakat, namun lebih dikarenakan bisa memicu terjadinya kecelakaan laut.

“Itulah kenapa abrasi di baron bisa mengancam, karena di sana banyak pengunjung. Di luar itu, nelayan atau pedagang tidak masalah karena lokasinya masih aman,” katanya.

Dia pun berharap agar pengunjung lebih berhati-hati sehingga tidak menjadi korban laka laut. “Semua harus berhati-hati karena ini demi keselamatan bersama,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya