SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Ada kisah mendebarkan di balik pertemuan pendakwah kondang Abdul Somad dan ulama kharismatik K.H. Maimoen Zubair di Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (9/2/2019).

Abdul Somad nyaris gagal bertemu Mbah Moen. Saat hendak ditemui, ternyata sang kiai berada di Semarang karena hendak ke Jakarta. K.H. Maimoen Zubair tidak ada di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang melainkan di Rumah Dinas Wakil Gubernur Jateng, Jl. Rinjani, Kota Semarang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagaimana dikisahkan Abdul Somad dalam ceramahnya di Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan, Jombang, Jawa Timur, Minggu (10/2/2019), yang diunggah Dakwah Indonesia di Youtube, Somad berkisah betapa ia sempat gelisah kala harus mengejar waktu pertemuannya dengan Maimoen Zubair. “Saya dalam hati, ‘Enggak bakal ketemu Mbah Moen ini’,” ujarnya.

Betapa tidak, baru pukul 06.00 WIB ia mendapatkan kabar bahwa Mbah Moen berada di Semarang. Padahal, kala itu ia berada di Pati karena sesampai Semarang sehari sebelumnya, ia menginap di Pati untuk bersiap sowan Mbah Moen di Jepara, Sabtu keesokan harinya.

Abdul Somad didampingi dua sahabatnya, pengasuh Ma’had Al Jamia’ah Walisongo Semarang K.H. Fadlolan Musyaffa dan K.H. Afifuddin, harus kembali ke Semarang pada pukul 08.00 WIB jika ingin bertemu Maimoen Zubair. “Ketemu Mbah Moen dari Pati menuju Semarang dalam dua jam bahasa Arabnya, ‘Mustahil’. Macet begini bagaimana?” ujarnya lagi.

Nyatanya Fadlolan Musyaffa menelepon polisi sehingga rombongan Abdul Somad akhirnya dikawal voorijder polisi menuju Rumah Dinas Wagub Jateng. Alhasil, tepat pukul 08.00 WIB, rombongan itu sampai Semarang dan disambut Wagub Jateng Taj Yasin yang tak lain adalah putera ketujuh K.H. Maimoen Zubair.

“Kami menunggu sebentar. Enggak lama Mbah Moen pun keluar. Duduk, cium tangan Mbah Moen, salam, duduk dekat,” paparnya.

Maimoen Zubair, menurut Abdul Somad dalam unggahan di Instagramnya, @ustadzabdulsomad,  lalu menasihatinya tentang cara membaca hikmah di balik takdir. “Ketetapan Allah itu indah, memohon doa dan barokah. Belajar ilmu tawadhu’ dari beliau,” tulisnya.

Kepada santri yang menghadiri ceramahnya di Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan, Jombang sebagaimana terungkap dalam video yang diunggah Dakwah Indonesia di Youtube, Abdul Somad meneruskan kata-kata Maimoen Zubair. “Ketika terjadi Perang Shiffin, sebagian tentara Syaidina Ali melarikan diri dan sampai kampung kamu di Sumatra. Artinya apa? Sahabat Nabi [Muhammad Saw] sudah sampai Sumatra. Tapi Islam tidak berkembang. Islam berkembang setelah ada Wali Songo di Pulau Jawa,” kutipnya.

Maimoen Zubair, lanjut Abdul Somad, lalu melanjutnya kisahnya panjang lebar. Pengasuh Ma’had Al-Jami’ah Walisongo Semarang, K.H. Fadlolan Musyaffa, melalui akun Facebooknya menerangkan bahwa pertemuan antara Abdul Somad dengan Mbah Moen berlangsung hingga sekitar satu jam.

“Syekh Abdus Samad (dulu UAS), satu jam diberikan manhaj metode ilmu tuwo dalam mengarungi perjalanan dakwah yg harus menghargai perbedaan. Perbedaan itu sunnatulloh, taqdir Allah yg pasti terjadi, makanya kita harus iman pada taqdir. Para ulama dahulu arif dan bijaksana dalam berdakwah seperti Wali Songo yg datang dari Arab masuk Indonesia, di mulai dari Aceh, Medan, Palembang, ya termasuk Riau, lalu masuk Jawa,” tulisnya.

Lebih lanjut dia mengisahkan bahwa K.H. Maimoen Zubair seakan memberikan maping (memetakan) dan menasihati tentang kesabaran dalam menitih karir dai yang rahmatan lil alamin. “Termasuk iman taqdir adalah bersyukur pada Belanda yg menjajah kita. Barang siapa tidak bersyukur kepada Belanda maka tidak bersyukur kepada Allah. Allah menaqdirkan Belanda menjajah kita, dari situ kita bangkit merdeka, dan diberi tinggalan adanya hukum, sehingga kita menjadi aman layaknya negara yg berdaulat. Afrika, Arab dulu ada zaman perbudakan, lalu bangkit merdeka, Allah lah yg mengangkat derajat mereka. Inilah taqdir Allah,” kutipnya berpanjang lebar.

Menurut Fadlolan Musyaffa, itu adalah pelajaran kelas tinggi, yaitu manusia diajak mencintai musuh. “Bahkan disuruh bersyukur berterima kasih, menghargai perbedaan, dimana hati kita sesungguhnya berontak pada penjajah, atau orang yg berbeda dengan kita. Dari sinilah kita dilatih istiqomah berdakwah yg berorientasi pada manhaj rahmatan lil alamin.”

Fadlolan Musyaffa dalam statusnya di Facebook itu secara khusus menuliskan bahwa sebutan UAS atau Ustaz Abdul Somad adalah masa lalu. Sebelum bertemu dengan Mbah Moen di rumah dinas Wagub Jateng, Abdul Somad memang terlebih dulu berkunjung ke kediaman Habib Luthfi bin Yahya. Dalam pertemuan tersebut, Habib Luthfi bin Yahya membaiat Abdul Somad dan memberikan gelar syekh menggantikan sebutannya terdahulu, ustaz. Abdul Somad selanjutnya dikenal sebagai Syekh Abdul Somad.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya