SOLOPOS.COM - Pedagang musiman Sekaten mulai memadati jalan seputar Alut Keraton Solo, Minggu (27/11/2016) pagi. Pedagang datang lebih awal dari jadwal. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Puluhan pedagang kerajinan gerabah dari luar Solo nekat berjualan lebih awal di jalan seputar Alun-alun Utara (Alut) Keraton Solo untuk meramaikan perayaan Sekaten 2016. Padahal pedagang baru diperbolehkan berjualan oleh Keraton Solo dalam perayaan Sekaten mulai Kamis-Sabtu (1-17/12/2016) mendatang.

Pantauan Solopos.com, Minggu (27/11/2016) pagi, puluhan pedagang kerajinan gerabah tengah mendirikan tenda di jalan seputaran Alut. Beberapa dari mereka bahkan telah menggelar dagangan berupa celengan dan barang kerajinan lain dari tanah liat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seorang pedagang asal Jepara, Masamah, 58, mengaku nekat datang ke Solo lebih awal karena ingin mendapatkan untung lebih banyak saat berjualan dalam Sekaten. Dia menilai penyelenggaraan Sekaten tahun ini terlalu sebentar apabila baru bisa dilaksanakan pada Kamis mendatang. Masamah yakin pihak Keraton tidak mempersoalkan sikap pedagang yang berjualan lebih awal.

“Saya yakin Keraton tidak akan mengusir pedagang yang sudah mulai berjualan. Kami nekat datang lebih awal karena waktu yang diberikan Keraton untuk Sekaten tahun ini sangat kurang. Pedagang cuma diperbolehkan berjualan selama 17 hari. Padahal 2015 lalu sampai 20 hari. Dua tahun lalu kamo bahkan berjualan sebulan penuh,” kata Masamah saat ditemui Solopos.com di lapaknya, Minggu.

Pedagang kerajinan gerabah lain dari Jepara, Mashadi, 43, mengaku sudah mengetahui ketentuan pihak Keraton yang baru memperbolehkan pedagang berjualan di jalan seputar Alut mulai 1 Desember. Namun, dia memilih tidak mengacuhkan kebijakan tersebut karena takut merugi. Mashadi yakin apabila berjualan lebih awal, bisa meraup untung lebih banyak. Mashadi bahkan berencana berjualan lebih lama dari jadwal.

“Informasi dari panitia, pedagang seharusnya baru boleh masuk per 1 Desember mendatang. Tapi kami nekat. Berhubung dagangan sudah numpuk, kami datang ke Solo saat perayaan Sekaten. Kami kan sudah memghunungi panitia saat sudah sampai di Solo. Kata mereka, kami bisa berjualan lebih awal asal menata dagangan dengan rapi,” ujar Mashadi.

Mashadi menilai jangka waktu 17 hari yang diberikan Keraton kepada pedagang untuk berjualan dalam perayaan Sekaten tergolong terlalu sebentar. Dia khawatir barang dagangannya yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari tidak laku setelah dipamerkan hanya selama 17 hari. Kekhawatirannya semakin besar karena sekarang telah memasuki musim penghujan.

Sementara itu, Pengageng III Museum dan Pariwisata Keraton Solo, K.R.M.H. Satryo Hadinagoro, mengklaim telah memanggil para pedagang yang nekad berjualan lebih awal dalam perayaan Sekaten. Menurut dia, beberapa pedagang mengaku tidak tahu jadwal pelaksanaan Sekaten dari Keraton. Satryo menyebut pedagang sudah terbiasa langsung datang ke Solo setelah perayaan Sebaran Apem Yaqowiyo di Jatinom, Klaten.

“Mereka sudah kami tegur atau marahi. Tapi ya susah menghadapi orang seperti itu. Mereka minta maaf. Kami jujur serba susah karna mereka kebiasaan habis Apem Tinom mesti langsung ke Keraton. Memang setiap Sekaten persoalan ini kerap muncul. Mereka minta toleransi. Yang penting sekareng mereka harus menaati aturan dengan membuat lapak dengan lebar tidak lebih dari lebar 2 meter dan tetap menjaga kebersihan,” jelas Satryo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya